Jumat, 19 Oktober 2012

landscape hotikultura??

I. PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara tropis dengan wilayah yang cukup luas untuk dijadikan daerah yang potensial bagi pengembangan Hortikultura baik untuk tanaman dataran rendah maupun dataran tinggi. Selain itu, Indonesia juga memiliki variasi agroklimat yang sangat mendukung untuk pengembangan hortikultura.

Dalam GBHN 1993 pembangunan pertanian hortikultura ditumbuh kembangkan menjadi agribisnis dalam rangka memanfaatkan peluang dan keunggulan komparatif berupa : iklim yang bervariasi, tanah yang subur, tenaga kerja yang banyak serta lahan yang tersedia. Produksi hortikultura diarahkan agar mampu mencukupi kebutuhan pasar dalam negeri termasuk agroindustri serta memenuhi kebutuhan pasar luar negeri. (Anonim, 2010).

Hortikultura itu sendiri berasal dari kata “hortus” (= garden atau kebun) dan “colere” (= to cultivate atau budidaya). Secara harfiah istilah Hortikultura diartikan sebagai usaha budidaya tanaman kebun (taman), seperti tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Maka dapat disimpulkan bahwa hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Sedangkan dalam GBHN 1993-1998 selain buah-buahan, sayuran dan tanaman hias, yang termasuk dalam kelompok hortikultura adalah tanaman obat-obatan. (Janick. J, 1972).

Hortikultura memiliki beberapa cabang ilmu, salah satunya adalah Ornamental hortikultura, yang mempelajari bagaimana cara menumbuhkembangkan dan menggunakan tanaman untuk keindahan. Ada dua aspek Ornamental hortikultura, diantaranya Floriculture dan Landscape horticulture. Keduanya melibatkan penggunaan tanaman hias bunga dan tanaman hias daun.

lansekap (landscaping) ialah cabang hortikultura dalam mengatur dan merancang halaman rumah, jalan raya dan tempat rekreasi. Selain itu, lansekap Juga mencakup desain dan perawatan taman (Bambang, 2010).

PEMBAHASAN

Secara umum, Hortikultura adalah teknik budidaya tanaman utk bahan makanan, kesenangan, dan keindahan. Hortikultura merupakan bahasa latin yang berarti “garden culture” = budidaya kebun. Kemudian dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, menjadikan hortikultura tidak hanya sekedar budidaya kebun melainkan pada areal yg sangat luas hingga pertanaman secara terkendali (hidroponik, aeropinik, dan budidaya dalam greenhouse) dan juga lansekap arsitektur.

Adapun cabang hortikultura itu sendiri meliputi Olericulture (mempelajari cara bercocok tanam sayuran dalam pengangkutan. Bahwa semua produk hortikultura bersifat perishable), Pomology (mengkaji tentang cara budidaya buah-buahan), Ornamental hortikultura ( terbagi atas Floriculture, Lansekap dan Interiorscaping), Pembibitan (mengusahakan penyemaian bentuk tanaman sayuran, buah dan tanaman hias. Misal cangkok, okulasi dan sambungan), Penghasil benih (yang mengusahakan benih sayur dan buah pada tempat yang syarat tumbuh dapat memungkinkan misal iklim), Processing dan penyimpanan, misalkan pendinginan dan pengalengan (canning). Masing-masing cabang hortikultura diatas, menjadi suatu ilmu, seni, usaha dagang atau industri (Iqbal, 2010).

Hortikultura Lansekap merupakan sekumpulan ilmu pengetahuan yang mencakup desain, konstruksi, dan pemeliharaan yg dipadukan secara integrative penggunaan terhadap hamparan permukaan lahan agar dapat memberikan fungsi estetika, psikologis, ekologis, orologis, maupun edukasi. Dapat pula diartikan sebagai aplikasi desain dan prinsip hortikultura dalam menempatkan dan merawat tanaman dalam landscape, baik dalam lingkungan ruangan (indoor landscape) ataupun lingkungan luar ruangan (outdoor landscape).

Lansekap merupakan pemandangan atau taman. Lansekap yang baik adalah yang didesain dengan baik dan bukan sekedar didekor. Lansekap tersebut dikreasi secara utuh dengan menggabungkan dan menerapkan prinsip-prinsip desain, diantaranya ialah dengan memperhatikan keseimbangan, skala, keberagaman, tekanan, kesederhanaan/mudah, urutan/susunan serta pengulangan. Sebab kesesuaian keadaan dengan jenis-jenis tanaman dalam lansekap sangat menentukan kesan (Bambang, 2010).

Definisi untuk arsitektur lansekap itu sendiri sebenarnya beragam, berikut beberapa pengertian arsitektur landscape menurut beberapa ahli antara lain:

Arsitektur lansekap merupakan bagian dari kawasan yang dibangun atau dibentuk oleh manusia (diluar bangunan, jalan, utilitas) sampai ke alam bebas yang dirancang terutama sebagai ruangan untuk tempat tinggal manusia (menurut Hubbard and Theodera Kimball)

Arsitektur lansekap meruapakan bagian yang berfungsi untuk menciptakan dan melestarikan keindahan lingkungan di sekitar tempat hidup manusia guna mencapai kenyamanan dan keselamatan yang sangat penting bagi moralitas, kesehatan dan kebahagiaan manusia (Norman T. Newtown)

Arsitektur lansekap merupakan seni dan pengetahuan yang mengatur permukaan bumi dengan ruang-ruang serta segala sesuatu yang ada diatas bumi untuk mencapai efisiensi, keselamatan, kesehatan dan kebahagiaan ummat manusia (Zain Rachman)

Arsitektur lansekap adalah seni perencanaan (planning) dan perencanaan (design) serta pengaturan daripada lahan. Penyusunan benda-benda alam maupun buatan manusia melalui penggabungan antara ilmu pengetahuan dan budidaya dengan memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan pelayanan dan pemeliharaan sumber daya, sehingga pada akhirnya tercipta penyajian lingkungan yang fungsional dan estetis sehingga dapat memenuhi secara optimal kebutuhan jasmani dan rohani makhluk hidup di sekitarnya (Hadi Susilo Arifin)

Tidak hanya dari segi pengertian, tapi dalam pembagiannya pun lansekap juga terbagi dalam beberapa kategori, diantaranya :

1.Lansekap Rumah Tinggal

2.Lansekap Publik (park, playground, pedistrian, avenue, boulevard)

3.Lansekap Komersial (beach)

4.Lansekap Spesial (botanical garden)

Berbicara mengenai lansekap (landscaping) hortikultura, berarti berbicara mengenai estetika keindahan, hal ini termasuk dalam cabang ornamental hortikultura. Yaitu melibatkan penggunaan tanaman baik tanaman hias bunga ataupun tanaman hias daun untuk keindahan.

Didalam penataan landscape itu sendiri, penggunaan tanaman tidak hanya berfungsi sebagai bahan seni (art) tetapi juga berperan dalam segala aspek fungsi hortikultura maupun fungsi fisik. Tanaman merupakan unsur utama dalam taman. Pemilihan jenis tanaman dalam suatu perencanaan lansekap (taman) adalah suatu seni dan juga sekaligus ilmu pengetahuan. Dikatakan seni, karena menyangkut elemen desain seperti warna, bentuk, tekstur, dan kualitas desain yang berubah karena tanaman sangat dipengaruhi oleh iklim, usia/umur. Dikatakan sebagai suatu ilmu pengetahuan, dikarenakan penampilan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh arah pertumbuhan dan perkembangannya (Pratignja, 2006).

Untuk perletakan tanaman harus disesuaikan dengan tujuan perencanaan tanpa melupakan fungsi tanaman yang dipilih. Pada tahap ini harus dipertimbangkan “ kesatuan dalam design ” (unity), antara lain :

1. Variasi / Variety.

2. Penekanan / Accent

3. Keseimbangan / Balance.

4. Kesederhanaan / Simplicity

5. Urutan / Sequences.

Vegetasi tanaman juga dapat disusun menjadi :

a. Taman

b. Tempat bernaung

c. Memberi tirai pemandangan

d. Menahan angin ataupun

e. Memberi bayangan

Pemilihan jenis tanaman maupun cara pengaturan penanamannya harus mengikuti rencana penanaman yang disusun untuk memenuhi fungsi serta estetikanya. Apabila pola pengelompokan serta susunan jenis tanaman, ukuran, bentuk, tekstur, dan warnanya masing-masing telah diketahui dengan baik maka perencana dapat menyusun sendiri tata tanamnya berdasarkan satu atau beberapa sifat tanaman- tanaman tersebut.

Sedangkan fungsi tanaman pada suatu taman dapat dipilah dalam berbagai aspek yaitu : (1.) Fungsi estetika ( tanaman berguna sebagai latar belakang, pelembut bangunan taman, bingkai ataupun sebagai patung-patung hijau dan kaligrafi garis), dimana fungsi estetika memberikan nilai estetika dan meningkatkan kualitas lingkungan (Austin, Richard L, Designing with Plant, 1982). Nilai estetika dari tanaman diperoleh dari perpaduan antara warna (daun, batang, bunga), bentuk fisik tanaman (batang, percabang, tajuk), tekstur tanaman, skala tanaman, dan komposisi tanaman. Nilai estetis dari tanaman dapat diperoleh dari satu tanaman, sekelompok tanaman yang sejenis, kombinasi tanaman berbagai jenis ataupun kombinasi antara tanaman dengan element lansekap lainnya. Dalam konteks lingkungan, kesan estetis itu menyebabkan nilai kualitasnya akan bertambah. (2.) Fungsi sensual (tanaman dalam taman ditujukan sbg alat untuk membangkitkan hasrat, merangsang (gairah), memperbesar dan memuaskan aspek suara, aroma maupun sentuhan perasaan lainnya), (3.) Fungsi arsitektur (tanaman berfungsi sebagai pengatur privacy, menghalangi (sbg tabir atau pagar pembatas) hal-hal yang tidak menyenangkan, artikulasi ruang, ataupun pengatur keindahan dalam hal topografi dan arah ruang taman), (4.) Fungsi teknik atau enjinering (tanaman dalam taman berupa fungsi pengaturan lalu lintas ruang, dan tabir cahaya matahari) dan (5.) Fungsi tanaman sebagai pengatur emosional dan simbolik klimaterik (Disini tanaman sbg pemeliharaan hubungan antara manusia dan alam serta memberikan kesan tertentu bagi manusia).

Selain fungsi tanaman, terdapat elemen pendukung lain dari landscape, yang dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu:

- Hard material / Elemen keras, perkerasan, bangunan dan sebagainya.

- Soft Material / Elemen lembut, tanaman.

Elemen pendukung landscape lainnya antara lain :

• Tempat duduk / kursi taman.

- Untuk istirahat sejenak.

- Tempat duduk dengan sesuatu untuk dipandang.

• Elemen – elemen alam :

Sifat air yang tenang di kolam apabila dikombinasikan dengan dengan pohon maka akan menghasilkan suasana yang tenang.

Kolam air / kolam air mancur

- Kolam sebagai sarana bermain anak-anak.

- Tepian kolam air mancur sebagai tempat duduk.

Arsitektur Landscape itu sendiri akan membantu dalam beberapa hal, diantaranya:

ü Menciptakan konsep taman indah yang dapat menghilangkan stress dan menyejukkan suasana hati

ü Menciptakan konsep taman indah yang menaikkan nilai estetika

ü Menciptakan desain taman rumah yang menaikkan nilai rumah atau property anda

ü Memungkinkan anda untuk menikmati keindahan taman di rumah anda setiap hari

ü Memungkinkan anda untuk mengekspresikan kepribadian anda melalui taman indah di rumah anda

ü Memungkinkan anda mempunyai taman paling indah di lingkungan tempat tinggal anda

ü Memungkinkan anda dapat berbagi keindahan taman yang anda miliki kepada saudara atau teman anda

ü Memberikan gambaran detail dan pilihan desain taman indah yang mungkin belum pernah anda bayangkan sebelumnya

ü Memberikan saran desain taman indah yang sesuai dengan budget anda

Berikut adalah contoh sketsa dari penataan landscape;

Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa penggarapan taman pada rumah dengan mengikuti kebutuhan tiap-tiap pemilik rumah berbeda-beda. Namun Taman merupakan bentuk ekspresi pemilik rumah, oleh karena setiap desainer landscape akan selalu mendiskusikan tentang keinginan dari pemilik rumah.

Kebutuhan akan kolam renang menjadikan taman belakang memiliki kesan yang sangat bagus bila disesuaikan dengan bentuk bangunan/rumah dan keserasian antar bangunan dan ruang luar tetap terjaga.

Taman bernuansa tropis menjadi favorit bagi masyarakat pada umumnya, hal ini dikarenakan kesesuaian iklim di negara kita dan juga karena kesan natural yang ditimbulkan.

Dalam mendesain nuansa tropis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah dalam pemilihan jenis tanaman dan material hardscape. Dalam desain tropis jenis tanaman yang perlu diperhatikan adalah jenis tanaman yang memiliki karakter daun berpita, selain kesan tropis yang dimunculkan juga jenis ini merupakan tanaman yang low maintenance.

Luas area yang sempit memerlukan sedikit tanaman peneduh, namun semak-semak berwarna-warni perlu dimaksimalkan agar terlihat semarak, dan jangan lupa mengkombinasikan dengan semak nerdaun lebar dan eksotis.

Selain pemilihan semak pemilihan jenis pohon pun perlu diperhatikan, jenis-jenis yang biasa digunakan adalah pohon jenis kelapa dan pohon peneduh yang transparan agar tidak terkesan gelap.

Penempatan gazebo menjadi salah satu poin yang penting, fungsi gazebo sendiri dapat dijadikan aksen/ point of Interest. Material yang digunakan usahakan yang natural seperti bahan untuk tiang-tiang gazebo gunakan bahan kayu dari yang termurah maupun yang yang termahal sesuaikan dengan budget yang ada. Dan bahan untuk atap dapat menggunakan genteng kampung atau bahan jerami.

Penambahan ornamen landscape dapat menambah kesan tropis seperti ornamen pot, patung dan lain-lain.Semua ornamen sesuaikanlah dengan keinginan pemilik rumah, sesuaikan semua ornamen dengan konsep tropis yang anda inginkan.

Berikut adalah beberapa gambar dari penataan-penataan landscape lainnya: mhtml:file://F:\ANDINY%20FILE\landscape\Data%20Pendukung\Horti%20Landscape%20Materi\Landscape%20Architecture.mht!https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpC0ASmNAljischaWWFahvDSjLYe7vor1o5N4EOC-dTVOENuV6kJeoN5P4qHunMN2PAjAOkfhAkUVxKZS5auk3-XRqqKR2sVswJnWyi3ZO-kq6tICXzCw0PrAeeBofoO-7LX3MuGxbKgo/s320/taman-kolam1.jpg 04-26

04-28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Horticulture Landscape. http.wordpress.com

Bambang, 2010. Estetika Dalam Hortikultura. http.wordpress.com

Janick, J., 1972. Horticultural Science. W.H. Freeman and Co. San Francisco. 586 pp.

Moh. Iqbal. 2010. Cabang-Cabang Hortikultura. http.blogspot.com

Pratignja, 2006. Buku Ajar Hortikultura. http. Wikipedia.com

Selasa, 20 Juli 2010

LAPORAN DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN "Pengenalan Gulma "

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu areal pertanaman, kemunduran produksi merupakan hal yang sering terjadi. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemunduran produksi adalah karena Adanya gangguan gulma. Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena dapat merugikan dalam hal menurunkan hasil produksi yang bisa dicapai oleh tanaman.
Kehadiran gulma sebagai organisme pengganggu tanaman (OPT) pada lahan pertanian dapat mengakibatkan terjadinya kompetisi atau persaingan dengan tanaman pokok (tanaman budidaya) dalam hal penyerapan unsur-unsur hara, penangkapan cahaya, penyerapan air dan ruang lingkup, mengotori kualitas produksi pertanian, misalnya pengotoran benih oleh biji-biji gulma, dapat mengeluarkan zat atau cairan yang bersifat toksin (racun) serta sebagai tempat hidup atau inang tempat berlindungnya hewan-hewan kecil, insekta dan hama sehingga memungkinkan hewan-hewan tersebut dapat berkembang biak dengan baik, mengganggu kelancaran pekerjaan para petani, sebagai perantara atau sumber hama dan penyakit, mengganggu kesehatan manusia, menaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian dan menurunkan produktivitas air. (Anonim, 2009).
Dalam kurun waktu yang panjang, kerugian akibat gulma dapat lebih besar daripada kerugian akibat hama atau penyakit. Olehnya, untuk menangani masalah gulma, maka perlu dilakukan identifikasi gulma yang dimaksudkan untuk membantu para petani dalam usaha menentukan program pengendalian gulma secara terarah sehingga produksi dapat ditingkatkan sebagaimana yang diharapkan. Adapun pengendalian gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan cara preventif (pencegahan), secara fisik, pengendalian gulma
dengan sistem budidaya, secara biologis, secara kimiawi dan secara terpadu
(Anonim,2009).
1.2 Tujuan dan kegunaan
Tujuan dilaksanakannya Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Gulma adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis gulma yang tumbuh di areal pertanaman Cabe rawit.
Kegunaan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Gulma yaitu agar dapat mengidentifikasi dan mengetahui ciri-ciri morfologi dari jenis-jenis gulma apa saja yang tumbuh di areal pertanaman cabe rawit.



















II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sifat-sifat gulma
Gulma mudah tumbuh pada setiap tempat atau daerah yang berbeda-beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai tempat yang kaya nutrisi, dapat bertahan hidup pada daerah kering, lembab bahkan tergenang, mampu beregenerasi atau memperbanyak diri besar sekali, dapat berkembang biak dengan cepat, mempunyai zat berbentuk senyawa kimia seperti cairan berupa toksin (racun) yang dapat mengganggu atau menghambat pertumbuhan tanaman pokok, bagian-bagian tumbuhan gulma yang lain dapat tumbuh menjadi individu gulma yang baru, seperti akar, batang, umbi dan lain sebagainya, sehingga memungkinkan gulma unggul dalam persaingan (berkompetisi) dengan tanaman budidaya, dapat dibedakan menjadi beberapa golongan atau kelompok berdasarkan bentuk daun, daerah tempat hidup (habitat), daur atau siklus hidup,
sifat botani dan morfologi,serta cara perkembangbiakan (Anonim, 2009).
2.2 Gulma Teki-Tekian
Gulma golongan teki termasuk dalam familia Cyperaceae. Ciri khas dari kelompok teki ini adalah Batang umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang juga bulat dan biasanya tidak berongga. Buahnya tidak membuka, daun tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah-lidah daun (ligula), ibu tangkai karangan bunga tidak berbuku-buku, Bunga sering dalam bulir (spica) atau anak bulir, biasanya dilindungi oleh suatu daun pelindung. dan pada sebagian besar sistim
perakarannya terdiri dari akar rimpang (rhizome) dan umbi (tuber). Contoh dari goongan gulma teki-tekian adalah Cyperus rotundus, Fimbristylis littoralis,
Scripus juncoides dll (Anonim, 2009).
2.3 Gulma Berdaun Lebar
Gulma berdaun lebar umumnya termasuk Dicotyledoneae dan Pteridophyta. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi cahaya. Daun dibentuk pada meristem pucuk dan sangat sensitif terhadap kemikalia. Terdapat stomata pada daun terutama pada permukaan bawah, lebih banyak dijumpai. Terdapat tunas-tunas pada nodusa, serta titik tumbuh terletak di cabang. Daun lebar dengan tulang daun berbentuk jala, pertulangan daun umunya menyirip. Contohnya Monocharia vaginalis, Limnocharis flava, Eichornia crassipes, Amaranthus spinosus,
Portulaca olerace, Lindernia sp (Anonim, 2009).
2.4 Perkembangbiakan Gulma
Gulma mampu berkembangbiak secara generatif maupun vegetatif. Perkembangbiakan gulma secara generatif dapat melalui biji, dimana biji-biji gulma dapat tersebar jauh karena ukurannya kecil sehingga dapat terbawa angin, air, hewan ataupun bulu-bulu (rambut halus) yang menempel pada biji, seperti pada biji Emilia sonchifolia, Vernonia sp, dan dapat melalui spora, dimana spora ini bila telah matang dapat diterbangkan oleh angin. Contoh gulma ini kebanyakan dari keluarga paku-pakuan seperti Nephrolepsis bisserata, Lygopodiu sp. Sedangkan secara vegetatif, gulma dapat berkembangbiak dengan melalui rhizoma (akar rimpang), yang merupakan batang beserta bagian-bagiannya yang manjalar di dalam tanah yang kemudian membentuk individu baru, melalui tuber (umbi) yang merupakan pembengkakan dari batang ataupun akar yang digunakan sebagai tempat penyimpanan atau penimbun cadangan makanan, melalui stolon yang merupakan bagian batang menyerupai akar yang menjalar di atas permukaan tanah, melalui bulbus (umbi lapis) yang merupakan tempat menyimpan makanan cadangan tetapi bentuknya berlapis-lapis,daun yang merupakan tempat muncul tunas menjadi individu baru, dan melalui runner (Sulur) yang merupakan stolon yang keluar dari ketiak daun dimana internodianya (ruas) sangat panjang dan dapat membentuk tunas pada bagian ujung
(Anonim, 2009).
2.5 Pengendalian
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan beberapa cara. Secara preventif, misalnya dengan pembersihan bibit-bibit pertanaman dari kontaminasi biji-biji gulma, pencegahan pemakaian pupuk kandang yang belum matang, pencegahan pengangkutan jarak jauh jerami dan rumput-rumputan makanan ternak, pemberantasan gulma di sisi-sisi sungai dan saluran-saluran pengairan, pembersihan ternak yang akan diangkut, pencegahan pengangkutan tanaman berikut tanahnya dan sebagainya. Secara fisik, misal dengan pengolahan tanah, pembabatan, penggenangan, pembakaran dan pemakaian mulsa. Dengan sistem budidaya, misal dengan pergiliran tanaman, budidaya pertanaman dan penaungan dengan tumbuhan penutup (cover crops). Secara biologis, yaitu dengan menggunakan organisme lain seperti insekta, fungi, ternak, ikan dan sebagainya.
Secara kimiawi, yaitu dengan menggunakan herbisida atau senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma baik secara selektif maupun non selektif, kontak atau sistemik, digunakan saat pratanam, pratumbuh atau pasca tumbuh. Secara terpadu, yaitu dengan menggunakan beberapa cara secara bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya (Anonim,2009).


















III. METODE PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman mengenai Pengenalan Gulma dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu. Waktu pelaksanaannya pada
hari Rabu, tanggal 2 Desember 2009, Pukul 14.00 sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat tulis menulis dan buku gambar.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu gulma yang ada pada lahan tanaman budidaya cabe rawit
3.3 Cara Kerja
Pertama-tama mengambil gulma yang ada pada lahan pertanaman cabe rawit, lalu mengamati atau mengidentifikasi jenis gulma tersebut, setelah itu, menggambar jenis gulma serta memberikan keterangan pada gambar tersebut.







IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman, maka diperoleh hasil sebagai berikut :










Gambar 59. Morfologi Gulma Elatine triandra .











Gambar 60. Morfologi Gulma Amaranthus gracilis












Gambar 61. Morfologi Gulma Phyllanthus urinaria








Gambar 35. Morfologi tanaman tomat (Licopersicum esculentum) yang terserang
nematoda Meloidogyne spp.




Gambar 62. Morfologi Gulma Cyperus pumilus



4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, jenis gulma Elatine triandra memiliki ciri morfologi yaitu pada daun berbentuk bulat dengan pangkal daun membulat dan ujung daun tumpul, tulang daun menyirip, batang daun berbentuk bulat, pertumbuhannya merambat, dan berakar serabut.
Elatine triandra merupakan rumput liar tahunan yang tumbuhnya merambat, umumnya bercabang banyak, bentuk tebal dengan panjang 1 - 15 cm. bunganya kecil berselang seling. Bunganya mempunyai daun bunga yang biasanya berjumlah 2 - 3, yang berselaput seperi bujur telur dengan warna merah muda atau putih dengan ukuran 1 - 1,25 mm. benang sari bunganya 3 dengan 2 kepala putik. Biasanya berbunga sepanjang tahun, tempat hidup biasanya di dekat-dekat danau atau daerah-daerah yang berair, juga di jumpai di lahan-lahan sawah (Anonim, 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan, jenis gulma Amaranthus gracilis memiliki ciri morfologi yaitu pada daun berbentuk bulat telur dengan ujung daun yang tumpul, berwarna hijau, tulang daun menyirip, berbatang tegak dan berakar tunggang.
Amaranthus gracilis memiliki morfologi dengan ciri daun bulat telur memanjang berbentuk lanset, panjang daun 5–8 cm, ujung daun tumpul dan pangkal daun runcing, tangkai daun berbentuk bulat dan permukaannya opacus, memiliki daun tunggal berwarna kehijauan, panjang tangkai daun 0,5-9,0 cm. Batang berbentuk bulat, lunak, berair dan tumbuh tegak, dapat mencapai satu meter dengan percabangan monopodial, serta memiliki sistem perakaran tunggang (Anonim, 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan, morfologi jenis gulma Phyllanthus urinaria memiliki ciri daun berbentuk oval memanjang dengan ujung daun yang tumpul, tepi daun rata, berwarna hijau, dalam satu tangkai terdiri dari ± 15-25 anak daun, bercabang-cabang, tulang daun menyirip, batang tumbuh tegak, dan berakar tunggang.
Phyllanthus urinaria merupakan tanaman semusim, yang tumbuh tegak, bercabang-cabang, dan tingginya berkisar antara 30 cm sampai 50 cm, daun berbentuk bulat telur, dengan ujung tumpul, pangkal membulat, panjang 1,5 cm, lebar 7 mm, tepi daun rata, berwarna hijau, dengan anak daun berjumlah 15-24 dalam satu tangkai tinggi tanaman kurang dari 50 cm, tidak berambut, memiliki bunga tunggal, buah berwarna hijau keunguan dan Biji berbentuk ginjal berwarna coklat serta merupakan tanaman berakar tunggang (Anonim, 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan, jenis gulma Cyperus pumilus memiliki ciri morfologi yaitu daun berbentuk pita, ujung daun meruncing, tepi daun rata, berwarna hijau mengkilat, daun terdiri dari 4-10 helai terdapat pada pangkal batang, tulang daun sejajar, batang tumpul berbentuk segitiga dan berakar serabut.
Cyperus pumilus merupakan jenis tanaman herba menahun, tinggi dapat mencapai 10 cm sampai 80 cm. Daun berbentuk pita, berjumlah 4–10 helai dan letaknya berjejal pada pangkal batang, dengan pelepah daun yang tertutup tanah, helaian daun bentuk garis, dari atas hijau tua mengkilat, memiliki bunga berwarna hijau kecoklatan, batang tumpul sampai persegi tiga tajam, tinggi batang mencapai 10-75 cm, dan berakar serabut (Anonim, 2009).
Selain cara kimiawi, pengendalian gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya Secara preventif, misalnya dengan pembersihan bibit-bibit pertanaman dari kontaminasi biji-biji gulma, pencegahan pemakaian pupuk kandang yang belum matang, pencegahan pengangkutan jarak jauh jerami dan rumput-rumputan makanan ternak, pemberantasan gulma di sisi-sisi sungai dan saluran-saluran pengairan, pembersihan ternak yang akan diangkut, pencegahan pengangkutan tanaman berikut tanahnya dan sebagainya. Secara fisik, misal dengan pengolahan tanah menggunakan alat-alat seperti cangkul, garu, bajak, traktor untuk memberantas gulma., pembabatan, penggenangan, pembakaran dan pemakaian mulsa. Dengan sistem budidaya, misal dengan pergiliran tanaman, budidaya pertanaman dan penaungan dengan tumbuhan penutup (cover crops). Secara biologis, yaitu dengan menggunakan organisme lain seperti insekta, fungi, ternak, ikan dan sebagainya. Secara terpadu, yaitu dengan menggunakan beberapa cara secara bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya (Anonim,2009).











V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian
2. Gulma dapat menimbulkan kerugian-kerugian karena mengadakan persaingan dengan tanaman pokok, mengotori kualitas produksi pertanian, menimbulkan allelopathy, mengganggu kelancaran pekerjaan para petani, sebagai perantara atau sumber hama dan penyakit, mengganggu kesehatan manusia, menaikkan ongkos-ongkos usaha pertanian dan menurunkan produktivitas air
3. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan cara preventif (pencegahan), secara fisik, pengendalian gulma dengan
sistem budidaya, secara biologis, secara kimiawi dan secara terpadu.
5.2 Saran
Dalam pelaksanaan praktikum pengenalan gulma, sebaiknya jenis-jenis gulma yang diidentifikasi dapat ditentukan dengan pasti.








DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Gulma. http://wapedia.mobi/id/Gulma. Diakses pada tanggal
5 Desember 2009
, 2009. Identifikasi Gulma. http://angga1503.wordpress.com/ 2009/01/02/ identifikasi-gulma. Diakses 4 Desember 2009
, 2009. Klasifikasi Gulma. http://pertanian.blogdetik.com/ 2009/02/28/klasifikasi-gulma/. Diakses pada tanggal 5 Desember 2009
, 2009. Gulma Rumput. http://tustiana.blogspot.com/2009/02/laporan-gulma-rumput.html. Diakses pada tanggal 5 Desember 2009
, 2008. Phyllanthus Urinaria. http://toiusd.multiply.com/journal/ item/ 88/phyllanthus urinaria. Diakses pada tanggal 5 Desember 2009
,2009. Amaranthus sp. http://www.org/Pier/species/ amaranthus_sp . html. Diakses pada tanggal 5 Desember 2009
,2009. Pengenalan Gulma sphttp://bystrekermraanmedancity. blogspot.com/2009/08/pengenalan-gulma.html. Diakses pada tanggal 5 Desember 2009
, 2008. Phyllanthus Urinaria. http://toiusd.multiply.com/journal/item/ 48/Cyperus_rotundus. Diakses pada tanggal 5 Desember 2009

LAPORAN DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN "Hama Pada Tanaman Hortikultura dan Perkebunan"

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya, tanaman hortikultura dan tanaman perkebunan adalah jenis tanaman yang dinilai baik bagi para petani untuk dibudidayakan. Selain karena sesuai dengan lahan pertanian dan menjadi komoditas yang banyak tersebar diberbagai wilayah, pergiliran tanaman-tanaman hortikultura dapat dilakukan setiap tahunnya, sesuai permintaan pasar yang seringkali berubah-ubah. Demikian halnya tanaman perkebunan yang dengan sekali penanaman dapat hidup bertahun-tahun sehingga dapat terus memberi penghasilan yang dapat membantu meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan para petani.
Akan tetapi tidak jarang dalam tiap kegiatan pembudidayaannya, seringkali berhadapan dengan berbagai macam kendala diantaranya adalah serangan hama. Hama merupakan semua binatang yang aktifitasnya menimbulkan kerusakan pada tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi terganggu dan berdampak pada kerugian secara ekonomis. Salah satu jenis hama yang menyerang tanaman adalah hama jenis serangga (Insekta). Serangga terbagi dalam beberapa ordo sesuai dengan ciri khas masing-masing, diantaranya berdasarkan tipe mulut yang terbagi atas tipe mulut menggigit, mengunyah, menjilat, menusuk, mengisap, menggerek (Anonim, 2009).



1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakannya Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Serangga Hama pada Tanaman Hortikultura dan Perkebunan adalah untuk mengetahui ciri morfologi, gejala serangan serta pengendalian dari jenis-jenis serangga hama yang menyerang tanaman hortikultura dan perkebunan.
Kegunaan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Serangga Hama pada Tanaman Hortikultura dan Perkebunan yaitu agar dapat mengetahui dengan jelas ciri-ciri morfologi, dan gejala serangan yang diakibatkannya serta pengendalian dari serangga hama yang menyerang tanaman hotikultura dan perkebunan.






















II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kutu Putih (Pseudococcus sp.)
Kutu putih Pseudococcus sp. memiliki tubuh berbentuk oval, warna badannya kuning kecoklatan, kuning muda atau kuning tua, lunak dengan segmen yang jelas, panjang 3–4 mm dan lebar 1,5–2 mm, seluruh tubuhnya dilindungi oleh lapisan tebal seperti lilin atau tawas dan dikelilingi dengan karangan benang-benang tawas berwarna putih. Kutu putih Pseudococcus sp. merupakan jenis hama yang dapat menimbulkan kerusakan secara langsung dengan mengisap cairan sel daun tanaman inang sehingga menyebabkan perubahan bentuk yang tidak normal, daun mengeriting, pucuk apikal tumbuh bengkok dan jarak antar ruas daun memendek, warna bagian tanaman menjadi kuning dan akhirnya mati, pada tanaman terserang kutu-kutu putih tampak seperti kapas
(Angga, 2009).
2.2 Larva Lalat Buah (Dacus sp.)
Larva lalat buah Dacus sp. terdiri atas 3 instar berbentuk belatung/bulat panjang dengan salah satu ujungnya (kepala) runcing dengan 2 bintik hitam yang jelas merupakan alat kait mulut, mempunyai 3 ruas torak, 8 ruas abdomen, berwarna putih susu atau putih keruh atau putih kekuningan, larva menetas di dalam buah cabai. Buah yang terserang ditandai oleh lubang titik hitam pada bagian pangkalnya, tempat serangga dewasa memasukkan telur. Larva membuat saluran di dalam buah dengan memakan daging buah serta menghisap cairan buah, lama-kelamaan buah akan rusak, rontok dan menjadi busuk basah. Bila buah tersebut terbuka, di dalamnya akan terlihat adanya belatung yang merupakan larva dari lalat buah. Larva ini berwarna putih kekuningan dan dapat melenting dari buah masuk ke dalam tanah melalui lubang kecil yang dibuatnya, didalam tanah larva kemudian menjadi pupa. Setelah pupa berumur 4-10 hari, maka pupa
berubah menjadi serangga/lalat buah dewasa (Lena, 2009).
2.3 Larva Helicoverpa armigera
Larva (ulat) Helicoverpa armigera merupakan jenis ulat dengan tipe mulut penggigit, larva ini disebut juga Heliothis armigera. Larva (ulat) kecil mempunyai warna yang menarik dan berubah sesuai dengan pertumbuhannya. Pertama-tama berwarna putih kekuningan dengan kepala berwarna hitam, kemudian hijau pucat, kemerah-merahan, kekuning-kuningan dan hitam kemerah-merahan. Panjang ulat dapat mencapai 3,45 cm. Kepompong dibentuk di dalam tanah, lama masa kepompong 12-14 hari. Pada buah tomat, ulat ini masuk kedalam buah dengan cara melubangi buah, setelah itu memakan bagian dalam buah. Kerusakan yang ditimbulkannya pada buah tomat cukup berat, yaitu buah yang terserang akan rusak, lama-lama rontok dan menjadi busuk basah setelah penyakit sekunder ikut masuk dalam buah. Selain pada tomat, ulat Helicoverpa armigera dapat juga
menyerang cantel, tembakau, kapas, jagung dan kentang (Anonim, 2009).
2.4 Larva Spodoptera exigua
Larva Spodoptera exigua adalah larva dengan tipe mulut penggigit. Larva muda yang menetas dari telur akan bergerombol pada sisi bagian bawah daun. Ulat-ulat kecil ini mulai memakan daging daun dan meninggalkan lapisan terluar dari daun (epidermis) yang berupa lapisan tipis berwarna putih tembus pandang. larva muda umumnya berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok. Sedangkan ulat yang besar (larva dewasa) dapat memakan urat-urat daun sehingga daun akan berlubang-lubang, umumnya warna larva dewasa adalah hijau gelap dengan garis punggung warna gelap memanjang. Pada siang hari ulat bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab) dan menyerang tanaman pada malam hari. Serangan berat dapat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat. Selain pada bawang, tanaman inang lain dari ulat ini yaitu cabe, kubis, padi, jagung, tomat, tebu,
buncis, jeruk, tembakau, terung, kentang dll (Hildayani, 2009).
2.5 Kutu Putih Aphys gossypii
Kutu putih Aphys gossypii memiliki ciri morfologi yaitu alat mulut menusuk menghisap, ada yang tidak bersayap, dan ada yang bersayap, nimfa dan imago hidup bergerombol, warna umumnya hijau ayau, hijau kehitaman, dan kadang-kadang berwarna coklat. Hama ini biasanya menyerang tanaman pada saat udara kering, dan suhu tinggi. Cara hama ini menyerang adalah dengan menghisap cairan sel pada daun. Untuk tanaman cabe keriting (Capsicum annum), bagian tanaman yang diserang biasanya pucuk tanaman dan daun muda. Hama ini hidup bergerombol hingga mampu menutupi bagian pucuk tanaman. Daun yang diserang akan mengerut, pucuk mengeriting dan melingkar sehingga pertumbuhan tanaman terganggu. Pada serangan hebat akan menyebabkan pertumbuhan tanaman mengerdil, daun menjadi keriting. Hama ini juga merupakan vektor (pembawa) penyakit virus. Hama dapat mengeluarkan kotoran embun madu, sehingga kadang pada tanaman yang terdapat banyak kutu ini akan ditemui semut-semut yang akan memanfaatkan kotorannya, selain itu juga membuat tanaman tertutup lapisan hitam dari cendawan jelaga. Cendawan ini menghalangi butir hijau daun (klorofil) untuk mendapatkan sinar matahari sehingga proses fotosintesa pada tanaman menjadi terganggu dan lama-kelamaan bisa mati
(Anonim, 2009).
2.6 Larva Plutella xylostella
Larva Plutella xylostella memiliki tipe alat mulut penggigit, umumnya mudah dibedakan dengan larva serangga hama lainnya karena larva ini tidak mempunyai garis membujur pada tubuhnya. Larva terdiri atas empat instar. Ukuran larva instar keempat 10-12 mm. Kepala berwarna kuning muda terdapat bintik-bintik gelap. Tubuhnya berwarna hijau muda terdapat bulu hitam tipis. Apabila disentuh larva bereaksi ganas, menjatuhkan diri dan membentuk benang sutera. Pupa terletak pada daun atau batang, seperti jalinan benang berwarna putih sehingga nampak seperti kumparan benang. Ketika larva (ulat) muda menetas dari telur, maka larva akan mulai untuk menyerang tanaman dengan cara mengorok daun kubis selama 2-3 hari. Selanjutnya memakan jaringan bagian permukaan bawah daun atau permukaan atas daun dan meninggalkan lapisan tipis/transparan sehingga daun seperti berjendela dan akhirnya sobek serta membentuk lubang-lubang kecil. Apabila tingkat populasi larva tinggi, maka seluruh daun akan
dimakan dan hanya tulang daun yang ditinggalkan (Sari, 2009).

2.7 Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella)
Hama Conopomorpha cramerella merupakan serangga tipe penggerek. Pada larva memiliki panjang sekitar 1,2 cm dan berwarna ungu muda hingga putih, lama hidup dalam buah kakao antara 14–18 hari. Untuk imago panjangnya 7 mm, lebar 2 mm, memiliki sayap depan berwarna hitam bergaris putih, pada setiap ujungnya terdapat bintik kuning dan sayap belakang berwarna hitam, memiliki antena yang panjang serta runcing. Serangga ini aktif pada malam hari, dan pada siang hari biasanya berlindung di tempat lembab dan tidak terkena sinar matahari. Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella) tergolong serangga hama yang sulit dikendalikan, karena setelah telur menetas, larva yang keluar akan langsung bergerak dan mulai membuat gerekkan lubang tepat di bawah tempat meletakkan telur, lalu masuk ke dalam buah kakao. Di dalam buah, larva akan menggerek daging buah kakao tepat di bawah plasenta (saluran makanan). Bahkan bagian diantara biji serta plasentanya pun ikut digerek, sehingga menyebabkan biji gagal berkembang karena menjadi saling melekat dan bentuknya
kecil serta ringan (Anonim, 2009).
2.8 Kumbang Kelapa (Oryctes rhynoceros)
Kumbang Oryctes rhynoceros merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yang melewati stadia telur, larva, pupa, dan imago. Pada fase imago, kumbang ini berwarna gelap sampai hitam sebesar biji durian, cembung pada bagian punggung dan bersisi lurus. Pada bagian kepala terdapat satu tanduk dan terdapat cekungan dangkal pada permukaan punggung ruas di belakang kepala. Gejala serangan hama pada daun terjadi setelah kumbang menggerek ke dalam batang tanaman, yaitu memakan pelepah daun muda yang sedang berkembang. Karena kumbang memakan daun yang sedang terlipat, maka bekas gigitan akan menyebabkan daun seakan-akan tergunting yang baru jelas terlihat setelah daun membuka. Bekas guntingan ini merupakan ciri khas serangan kumbang kelapa. Pada tanaman berumur 0-1 tahun, lubang pada pangkal batang dapat menyebabkan kematian titik tumbuh atau terpuntirnya pelepah daun yang dirusak. Bila serangan sampai merusak titik tumbuh, maka kelapa tidak dapat membentuk daun baru lagi dan akhirnya mati. Pada serangan
hebat, mengakibatkan ribuan pohon kelapa akan binasa (Anonim, 2009).
2.9 Belalang Pedang (Sexava sp.)
Belalang pedang (Sexava sp.) memiliki tipe mulut penggigit dan penguyah, kepala (Caput) yang terdapat antena, dada (Toraks), perut (Abdomen), terdapat tiga pasang tungkai dan memiliki sayap. nimfa berukuran 7 cm sampai 9 cm, berwarna hijau kadang-kadang coklat. Masa perkembangan 40 hari. Gejala serangannya pada daun tanaman kelapa yaitu merusak daun tua dan dalam keadaan terpaksa juga merusak daun muda, kulit buah dan bunga-bunga. Merajalela pada musim kemarau dan pada serangan yang hebat daun kelapa tinggal lidi-lidinya saja (Saleh, 2008).





III. METODE PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman mengenai Pengenalan Serangga Hama pada Tanaman Hortikultura dan Perkebunan dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu. Waktu pelaksanaannya pada hari Rabu, tanggal
09 Desember 2009, Pukul 14.00 sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat tulis menulis dan buku gambar. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella) dan gejala serangannya pada buah kakao (Theovroma cacao), belalang pedang (Sexava sp.) dan gejala serangannya pada daun kelapa (Coconut nucifera), Ulat daun bawang merah (Spodooptera exigua) dan gejala serangannya pada tanaman bawang merah (Allium cepa), ulat daun kubis (Plutella xylostella) dan gejala serangannya pada daun kubis (Brosica oleracea), larva lalat buah (Dacus sp.) dan gejala serangannya pada tanaman cabe keriting (Capsicum annum), kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) dan gejala serangan, larva kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros), ulat pada buah tomat (Helicoverpa armigera) dan gejala serangannya pada buah tomat (Persicum esculentum), kutu putih (Pseudococcus sp.) dan gejala serangannya pada daun mangga (Mangifera indica) , serta kutu putih (Aphys gossypii) dan gejala serangannya pada daun cabe keriting (Capsicum annum).
3.3 Cara Kerja
Pertama-tama mengambil serangga dari berbagai jenis yang didasarkan pada gejala serangannya pada tumbuhan, yaitu serangga pemakan, penghisap, penggerek dll., kemudian mengamati morfologi dari serangga tersebut lalu menggambarnya pada buku gambar serta memberikan keterangan pada gambar tersebut sesuai hasil pengamatan.

















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :



Ket :
1. Caput
2. Toraks
3. Abdomen
4. Warna keputihan
5. Tungkai






Gambar 16. Morfologi Kutu Putih (Pseudococcus sp.)


Ket :
1. Terdapat bintik-bintik hitam pada daun.
2. Terdapat bercak putih pada daun.










Gambar 17. Gejala Serangan Kutu Putih (Pseudococcus sp.)





Ket :
1. Caput
2. Toraks
3. Abdomen







Gambar 18. Morfologi Larva Lalat Buah (Dacus sp.)




Ket :
1. Terdapat bintik hitam pada buah.








Gambar 19. Gejala Serangan Larva Lalat Buah (Dacus sp.)





Ket :
1. Caput
2. Toraks
3. Abdomen
4. Tungka
5. Warna keputihan
6. antenna


Gambar 20. Morfologi Ulat (Helicoverpa armigera)





Ket :
1. Buah tampak berlubang.
2. Terdapat bercak hitam pada buah.







Gambar 21. Gejala Serangan Ulat (Helicoverpa armigera) pada Buah Tomat (Lycopersicum esculentum).



Ket :
1. Caput
2. Toraks
3. Abdomen
4. Kaki
5. Antena
6. Mulut
7. Warna kehijauan
bergaris


Gambar 22. Morfologi Ulat Daun Bawang Merah (Spodoptera exigua)





Ket :
1. Daun tampak berlubang







Gambar 23. Gejala serangan Ulat Daun Bawang Merah (Spodoptera exigua) pada Tanaman Bawang Merah (Allium ascolonicum).




Ket :
1. Caput
2. Toraks
3. Abdomen
4. antenna
5. warna keputihan





Gambar 24. Morfologi Kutu Putih (Aphis gossypii).





Ket :
1. Terdapat bercak putih pada daun.
2. Daun mengerut






Gambar 25. Gejala Serangan Kutu Putih (Aphis gossypii) pada Daun Cabai Keriting (Capsicum annum).



Ket :
1. Caput
2. Toraks
3. Abdomen
4. Kaki
5. Mulut
6. Antena
7. Warna Kehijauan
8. Mata

Gambar 26. Morfologi Ulat Daun Kubis (Plutella xylostella)





Ket :
1. Daun tampak berlubang-lubang.








Gambar 27. Gejala Serangan Ulat Daun Kubis (Plutella xylostella) pada Tanaman Kubis (Brosica oleracea).




Ket :
1. Caput
2. Toraks
3. Abdomen
4. Kaki
5. Mulut
6. Antena
7. Warna Kehijauan
8. Mata

Gambar 28. Morfologi Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella)



Ket :
1. Terdapat bekas gerekan pada biji
2. Biji berwarna kehitaman







Gambar 29. Gejala Serangan Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella) pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao).

Ket :
1. Caput
2. Tanduk
3. Antena
4. Mandibula
5. Toraks
6. Abdomen
7. Kaki depan
8. Kaki tengah
9. Kaki belakang
10. Sayap


Gambar 30. Morfologi Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros) pada Daun Tanaman Kelapa (Coconut nucifera).




Ket :
1. Daun tampak berlubang








Gambar 31. Gejala Serangan Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros) pada Daun Tanaman Kelapa (Coconut nucifera).



Ket :
1. Caput
2. Toraks
3. Abdomen
4. Kaki
5. Mulut
6. Antena
7. Warna keputihan
8. berbentuk huruf C

Gambar 32. Morfologi Larva Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros).



Ket :
1. Caput
2. Antena
3. Mata
4. Mandibula
5. Toraks
6. Abdomen
7. Kaki
8. Sayap




Gambar 33. Morfologi Belalang Pedang (Sexava sp.)




Ket :
1. Daun tampak rusak dan berlubang.







Gambar 34. Gejala Serangan Belalang Pedang (Sexava sp.) pada Daun Tanaman Kelapa (Coconut nucifera).

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, kutu putih Pseudococcus sp. pada daun mangga (mangifera indica) memiliki ciri morfologi yaitu mempunyai caput, thorax dan abdomen, berbentuk bulat memanjang, bersegmen, warna badannya kuning kecoklatan, dengan panjang sekitar 2–3 mm dan lebar sekitar 1–1,5 mm. Gejala serangan Pseudococcus sp. yaitu pada bagian daun yang terserang nampak bercak putih seperti kapas, daun mengeriting, permukaan daun terdapat bintik-bintik hitam, menjadi kasar dan kotor.
Kutu putih Pseudococcus sp. memiliki tubuh berbentuk oval, warna badannya kuning kecoklatan, kuning muda atau kuning tua, lunak dengan segmen yang jelas, panjang 3–4 mm dan lebar 1,5–2 mm, seluruh tubuhnya dilindungi oleh lapisan tebal seperti lilin atau tawas dan dikelilingi dengan karangan benang-benang tawas berwarna putih. Memiliki gejala serangan yaitu perubahan bentuk yang tidak normal, daun mengeriting, pucuk apikal tumbuh bengkok dan jarak antar ruas daun memendek, warna bagian tanaman menjadi kuning dan akhirnya mati, pada tanaman terserang kutu-kutu putih tampak seperti kapas (Angga, 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan, larva lalat buah Dacus sp. memiliki ciri morfologi yaitu berwarna putih kekuning-kuningan, berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya runcing, mempunyai caput, thorax dan abdomen. Gejala serangan yang ditimbulkannya pada buah yaitu menjadi busuk basah.
Larva lalat buah Dacus sp. terdiri atas 3 instar berbentuk belatung/bulat panjang dengan salah satu ujungnya (kepala) runcing dengan 2 bintik hitam yang jelas merupakan alat kait mulut, mempunyai 3 ruas torak, 8 ruas abdomen, berwarna putih susu atau putih keruh atau putih kekuningan. Buah yang terserang ditandai oleh lubang titik hitam pada bagian pangkalnya, menjadi rusak, rontok dan menjadi busuk basah. Bila buah tersebut terbuka, di dalamnya akan terlihat adanya belatung yang merupakan larva dari lalat buah (Lena, 2009).

Berdasarkan hasil pengamatan, larva Helicoverpa armigera memiliki ciri morfologi yaitu berbentuk bulat memanjang, berwarna putih kekuningan. Terdiri atas caput, toraks, abdomen dan tungkai. Gejala serangan yang ditimbulkan antara lain pada buah tampak berlubang, terdapat bercak hitam dan busuk.
Larva (ulat) Helicoverpa armigera berwarna putih kekuningan dengan kepala berwarna hitam, panjang ulat dapat mencapai 3,45 cm, memiliki tipe mulut penggigit. Gejala serangan yang ditimbulkannya yaitu buah yang terserang akan rusak, lama-lama rontok dan menjadi busuk basah setelah penyakit sekunder ikut masuk dalam buah (Anonim, 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan, Larva Spodoptera exigua memiliki ciri morfologi yaitu tubuh berbentuk bulat memanjang, berwana hijau muda, mempunyai caput, thorax, abdomen dan tungkai. Gejala serangannya yaitu pada daun nampak berlubang-lubang.
larva muda Spodoptera exigua umumnya berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok. Sedangkan ulat yang besar (larva dewasa) umumnya warna larva dewasa adalah hijau gelap dengan garis punggung warna gelap memanjang. Gejala serangannya yaitu daun menjadi berlubang-lubang, Serangan berat dapat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat (Hildayani, 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan, kutu putih pada daun cabe keriting (Aphys gossypii) memiliki ciri morfologi yaitu berwarna putih, mempunyai caput, thorax, abdomen dan tungkai. Gejala serangan yang ditimbulkannya yaitu daun mengerut dan terdapat bercak berwarna putih.
Kutu putih Aphys gossypii memiliki ciri morfologi yaitu alat mulut menusuk menghisap, ada yang tidak bersayap, dan ada yang bersayap, nimfa dan imago hidup bergerombol, warna umumnya hijau ayau, hijau kehitaman, dan kadang-kadang berwarna coklat. Daun yang diserang akan mengerut, pucuk mengeriting dan melingkar sehingga pertumbuhan tanaman terganggu. Pada serangan hebat akan menyebabkan pertumbuhan tanaman mengerdil, daun menjadi keriting. Hama ini juga merupakan vektor (pembawa) penyakit virus. Hama dapat mengeluarkan kotoran embun madu, sehingga kadang pada tanaman yang terdapat banyak kutu ini akan ditemui semut-semut yang akan memanfaatkan kotorannya, selain itu juga membuat tanaman tertutup lapisan hitam dari cendawan jelaga (Anonim, 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan, larva Plutella xylostella memiliki ciri morfologi yaitu berbentuk bulat memanjang, mempunyai caput, thorax, abdomen dan tungkai serta berwarna hijau muda. Gejala serangan yang ditimbulkannya yaitu daun nampak berlubang-lubang.
Larva Plutella xylostella memiliki tipe alat mulut penggigit, tidak mempunyai garis membujur pada tubuhnya. Ukuran larva instar keempat 10-12 mm. Kepala berwarna kuning muda terdapat bintik-bintik gelap. Tubuhnya berwarna hijau muda terdapat bulu hitam tipis. Gejala serangannya yaitu berlubang-lubang kecil. Apabila tingkat populasi larva tinggi, maka seluruh daun akan dimakan dan hanya tulang daun yang ditinggalkan (Sari, 2009).

Berdasarkan hasil pengamatan, penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella) memiliki ciri morfologi yaitu mempunyai caput,thorax, abdomen dan tungkai, memiliki bentuk tubuh bulat memanjang, berwarna putih kekuningan. Gejala serangan yang ditimbulkannya yaitu pada biji buah nampak berwarna hitam, rusak dan saling menempel.
Hama Conopomorpha cramerella merupakan serangga tipe penggerek. Pada larva memiliki panjang sekitar 1,2 cm dan berwarna ungu muda hingga putih, lama hidup dalam buah kakao antara 14–18 hari. Untuk imago panjangnya 7 mm, lebar 2 mm, memiliki sayap depan berwarna hitam bergaris putih, pada setiap ujungnya terdapat bintik kuning dan sayap belakang berwarna hitam, memiliki antena yang panjang serta runcing. Gejala serangannya yaitu terdapat lubang gerekan bekas keluarnya larva. biji-bijinya saling melekat dan berwarna kehitaman, biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil (Anonim, 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan, kumbang kelapa Oryctes rhynoceros memiliki ciri morfologi yaitu berbentuk menyerupai huruf ”C”, berukuran seperti biji durian, mempunyai caput, thorax, abdomen, kaki, mulut, mata, berwarna keputihan. Gejala serangannya yaitu pada daun nampak berlubang-lubang.
Pada fase imago, kumbang Oryctes rhynoceros berwarna gelap sampai hitam sebesar biji durian, cembung pada bagian punggung dan bersisi lurus. Pada bagian kepala terdapat satu tanduk dan cekungan dangkal pada permukaan punggung ruas di belakang kepala. Gejala serangan yang ditimbulkannya yaitu bekas gigitannya pada daun seperti bekas guntingan (Anonim, 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan, Belalang pedang (Sexava sp.) memiliki ciri morfologi yaitu berbentuk bulat memanjang, berwarna coklat kehijauan, mempunyai caput,mata, antena, thorax, abdomen, mandibula, tiga pasang tungkai, dan sayap. Gejala serangan yang ditimbulkannya yaitu pada daun nampak berlubang-lubang.
Belalang pedang (Sexava sp.) memiliki tipe mulut penggigit dan penguyah, kepala (Caput) yang terdapat antena, dada (Toraks), perut (Abdomen), terdapat tiga pasang tungkai dan memiliki sayap. nimfa berukuran 7 cm sampai 9 cm, berwarna hijau kadang-kadang coklat. Masa perkembangan 40 hari. Gejala serangannya pada daun tanaman kelapa yaitu merusak daun tua dan dalam keadaan terpaksa juga merusak daun muda, kulit buah dan bunga-bunga. Merajalela pada musim kemarau dan pada serangan yang hebat daun kelapa tinggal lidi-lidinya saja (Saleh, 2008).










V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hama yang menyerang tanaman hortikultura dan perkebunan, umumnya pada fase larva menimbulkan kerusakan pada tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi terganggu dan berdampak pada kerugian secara ekonomis.
2. Serangga terbagi dalam beberapa ordo sesuai dengan ciri khas masing-masing, diantaranya berdasarkan tipe mulut yang terbagi atas tipe mulut menggigit, mengunyah, menjilat, menusuk, mengisap, menggerek dll.
3. Gejala serangan yang disebabkan oleh serangga hama berbeda-beda sesuai
tipe mulutnya masing-masing.
5.2 Saran
Dalam pelaksanaan praktikum, sebaiknya gejala serangan yang ditimbulkan oleh masing-masing hama dapat lebih dijelaskan.









DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Serangan Kutu Putih pada Tanaman. http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-2.htm. Diakses pada tanggal
12 Desember 2009
______, 2009. Tanaman Hortikultura. http://ditlin.hortikultura.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.
______, 2009. Jenis-jenis Hama dan Penyakit. http://rumahkuhijau.com. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.

______, 2009. Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) dan Metode Pengendaliannya. http://www.tanindo.com. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.
______, 2009. Agribisnis Tomat. http://agribisnistomat.blogspot.com. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.
______, 2009. Aphis Gossypii. http://www.tanindo.com.htm Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.
Angga, 2009. Kutu Putih. http://angga1503.wordpress.com. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009
Hildayani, 2009. Hama dan Penyakit Tanaman Setahun. http://hild@yani.scribd.com. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.
Lena, 2009. Pengantar Perlindungan Tanaman. http://l3na.blogspot.com. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.
Saleh, 2008. Integrated Agricultural Farming System. http://salehp3t.blogspot.com. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.
Sari, 2009. Ulat Daun Kubis. http://sarimanis.blogspot.com. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.