I.  PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
       Sebelum ditemukannya mikroskop oleh Zacharias Jansen dari negeri Belanda pada tahun 1590, penemuan maupun pengamatan sel hidup masih sangat sukar. Istilah sel digunakan oleh Robert hooke (Inggris) untuk rongga yang dilihatnya pada sayatan gabus. Hooke menerbitkan deskripsi sel gabus pada tahun 1665, berdasarkan pengamatannya dengan mikroskop yang telah disempurnakan. Sepuluh tahun kemudian, yaitu pada tahun 1675, Marcello malpighi menerbitkan Anatomi Tumbuhan, yang merupakan kali pertama dalam  mempelajari struktur sel secara sistematis (Subowo, 1981).
       Sel merupakan bagian terkecil dari makhluk hidup atau dengan kata lain, sel adalah organisme terkecil dari material yang mengandung kehidupan. Setiap makhluk hidup memiliki sel atau tersusun atas sel, baik tumbuhan, hewan protozoa, maupun mikroorganisme (Scheileden dan Shcwan, 1839)
       Pada tahun 1632, Antonie Van Leewenhoek menemukan sel hidup dengan melakukan percobaan terhadap air rendaman jerami, ia menemukan organisme yang bergerak-gerak didalam air tersebut yang kemudian ia menyebutnya bakteri. 
       Pada tahun 1831, Roobert Brown menemukan nukleus atau inti sel dalam epidermis suatu tumbuhan. Sejak akhir abad 19 dan selama abad ke-20 , penelitian sel berkembang amat pesat sehingga lahirlah ilmu tentang sel atau sitologi.
       Ada dua teori yang berkaitan dengan hubungan antara organisme secara keseluruhan dengan sel tunggal. Menurut teori sel yang dikembangkan pada pertengahan abad ke-19, organisme terdiri atas kumpulan sejumlah besar sel yang masing-masing berperan dalam menentukan sifat organisme yang bersangkutan. Teori lain adalah teori organisme yang tidak menonjolkan tiap-tiap sel, melainkan menekankan kesatuan protoplasma seluruh organisme. Menurut teori ini, organisme sebagai kesatuan yang sama menentukan sifat-sifat sel pembentuknya. tak ada kehidupan dalam satuan yang lebih kecil dari pada sel. Sel hanya terjadi dari pembelahan sel yang ada sebelumnya ( Pelczar, 1986)
       Salah satu sifat sel itu terdiri adalah semi permeabilitas membran sel. Permeabilitas membran sel adalah kemampuan suatu zat untuk menembus suatu sel. Sel memiliki kepermeabilitas untuk saat tertentu atau molekul sederhana dan lemak, serta yang larut dalam air. Faktor yang menentukan sifat semipermeabilitas membran sel adalah besar molekul, kelarutan dalam air, lemak, dan perbedaan muatan listrik. Molekul sederhana dan kecil dapat menembus molekul besar, itulah gunanya pencernaan untuk mengurangi atau  merembak  molekul  besar  menjadi  molekul  kecil.  Sehingga   semi   permeabilitas membran sel  mampu  menembus  selaput  sel (Wildan Yatim, 1987).    
1.2  Tujuan dan Kegunaan
       Tujuan dalam pengamatan sel adalah untuk mengenal bentuk dan struktur sel secara umum, dan mampu membandingkan berbagai jenis sel dari berbagai jenis organisme, baik itu sel tumbuhan, sel hewan, protozoa, sel selaput rongga mulut, dan sel mokroorganisme. serta mampu memahami sifat semipermeabilitas membran sel. 
       Kegunaan dari praktikum ini adalah agar dapat mengetahui struktur sel secara umum serta memahami sifat semipermeabilitas dari membran sel.
II.  METODE PRAKTEK
2.1  Tempat dan Waktu
       Praktikum Biologi Umum tentang Pengamatan Sel bertempat di Laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 21 Nopember  2008  yang
dimulai  pada  pukul 14.00 sampai selesai. 
2.2  Bahan dan Alat
       Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Ephitelium rongga mulut, bawang merah (Allium cepa ), empulur batang ubi kayu ( Manihot esculenta ), Hydrila verticilata, air rendaman jerami, telur mentah, sirup Cocopandan, Metilen biru, dan air
       Alat  yang  digunakan  dalam  praktikum ini  adalah  mikroskop,  gelas objek,
kaca penutup, toples, pinset, pipet tetes, tusuk gigi, silet/cutter dan pita ukur.  
2.3  Cara Kerja
       Mengiris empulur batang ubi kayu dengan potongan melintang setipis mungkin, kemudian meletakkan potongan kecil tersebut pada gelas objek dengan menjaga tidak terjadinya kerutan atau lipatan. Selanjutnya menambahkan setetes air dan kemudian menutupnya dengan kaca penutup. Setelah itu mengamatinya dengan mikroskop menggunakan perbesaran 10x dan menggambarnya.
      Mengambil lapisan epidermis pada pengamatan sel umbi lapis bawang merah (allium cepa), menggunakan pinset dan meletakkannya diatas gelas objek lalu menambahkannya dengan setetes air selanjutnya menutupnya dengan kaca penutup. Mula-mula mengamatinya dengan mikroskop menggunakan perbesaran 10x dan menggambar bagian-bagian selnya, kemudian teteskan  dengan metilen biru dan amati kembali dengan perbesaran 40x sehingga terlihat jelas bagian-bagian dari selnya dan kemudian menggambarnya.
       Meletakkan selembar daun muda atau daun pada pucuk Hydrila verticilata diatas kaca objek dalam posisi bentangan membujur lalu meneteskannya dengan air. Setelah itu menutupnya dengan kaca penutup dan mengamatinya dengan perbesaran 10x lalu menggambarnya.
      Pada pengamatan struktur sel selaput rongga mulut, dimulai dengan mengeruk epitel bagian dalam dinding pipi dan meletakkannya di gelas objek dengan setetes air. kemudian menutupnya dengan kaca penutup lalu mengamatinya dengan perbesaran 10x selanjutnya menggambarkan sel tersebut.
       Memulai  pengamatan pada sel protozoa, diawali dengan meneteskan air rendaman jerami keatas kaca objek kemudian menutupnya kembali dengan kaca penutup dan selanjtnya mengamati serta menggambarnya.
       Langkah kerja pada pada pengamatan sifat permeabilitas membran sel yaitu dengan mengukur diameternya terlebih dahulu dan kemudian memasukkannya ke dalam toples, lalu menuang cuka kedalam toples hingga seluruh telur  terendam selanjutnya menutup toples dan biarkan telur hingga 72 jam. Setelah itu mengukur kembali diameter telur dan memasukkannya pada larutan sirup cocopandan hingga terendam seluruhnya, biarkan telur hingga 72 jam. Selanjutnya mengukur kembali diameter telur dan membandingkan bentuk serta hasil pengukurannya.
III.  HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
       Berdasarkan hasil pengamatan praktikum yang telah dilakukan , maka didapatkan  hasil sebagai berikut :
                  Nukleus (inti sel)
 Dinding sel
 Ruang antar sel
Gambar 5.  Penampang melintang Empulur Ubi Kayu (Manihot Esculenta)
dengan perbesaran 10x
 Nukleus (inti sel)
 Dinding sel
 Ruang antar sel
Gambar 6.  Struktur sel Epidermis bawang merah (Alium Cepa) dengan   perbesaran 10x
 Nukleus (inti sel)
 Dinding sel
 Ruang antar sel
Gambar 7.  Struktur sel Epidermis bawang merah (Alium Cepa) dengan perbesaran 40x
 
 Nukleus (inti sel)
 Dinding sel
 Ruang antar sel
Gambar 8.  Sel daun Hydrila Verticilata dibawah mikroskop dengan perbesaran
10x 
 Nukleus (inti sel)
 Sel
 Vakuola
 Sitoplasma
Gambar 9.  Sel selaput rongga mulut (Ephitelium Mukosa) dengan perbesaran 10x
 
 Vakuola
 Kepala sentromer
 Badan Golgi
 Membran Plasma
Gambar 10. Pengamatan sel protozoa pada rendaman air jerami dengan   perbesaran10x
       setelah melakukan pengamatan sel, maka diperoleh hasil permeabilitas sel pada telur sebagai berikut :
Bentuk / Diameter Sebelum Direndam (cm) Setelah Direndam air cuka
 Selama 72 jam (cm)
Lonjong / oval 13 cm 14 cm
Tabel 1.  Perubahan diameter telur yang direndam dengan larutan cuka.
Bentuk / Diameter Sebelum Direndam (cm) Setelah Direndam sirup
 Selama 72 jam (cm)
Lonjong / oval 14 cm 13,5 cm
Tabel 2. Perubahan diameter telur yang direndam dengan larutan sirup cocopandan
3.2  Pembahasan
       Sel merupakan satuan dasar kehidupan organisme hidup. Tidak ada suatu kehidupan yang terpisah dari kehidupan sel-sel. Sedangkan sel itu sendiri memiliki bentuk  dan bagian yang berbeda-beda. Untuk ukuran sel, seperti halnya bentuk sel memiliki ukuran yang berbeda ( Hidayat, 1994 ).
       Sel tumbuhan menurut Berson (1957), bahwa pada sel tumbuhan terdapat beberapa organel-organel, antara lain memiliki dinding sel,butir plastida, inti sel dan bentuk tetap karena dinding sel relatif besar, jumlah mitokondrianya relatif lebih sedikit, Vakuolanya sedikit tetapi memiliki ukuran besar dan tidak mempunyai lisosom.
       Pada sel hewan tidak terdapat dinding sel dan plastida, bentuknya dapat berubah-ubah,memiliki sentriol yang tidak dimiliki oleh sel tumbuhan. Sedangkan vakuolanya kecil atau tidak tampak dan biasanya terdapat pada hewan uniseluler (Kimbal, 1993)
       Menurut Schlegel (1984), bahwa setiap sel hewan terdiri dari beberapa organel penyusun seperti mitokondria yang relatif banyak, tidak memiliki dinding sel, plastida, membran plasma, R.E, ribosom dan Lisosom 
       Beberapa perbedaan yang dimiliki oleh sel tumbuhan dan sel hawan antara lain bahwa sel tumbuhan terdiri dari nukleus atau biasa disebut dengan inti sel, ruang antar sel berupa pembatas antara sel yang satu dengan yang lainnya, dinding sel yaitu bagian terluar dari sel tumbuhan yang mengatur bentuk sel. Untuk sel hewan, terdiri dari inti sel, vakuola yang mengatur organel-organel osmose dan organel-organel pengeluaran (ekskresi), sitoplasma atau plasma sel yaitu cairan yang berada didalam sel, badan golgi merupakan tempat keluarnya cairan yang berada dalam plasma sel.   
       Pada sel protozoa tidak memiliki struktur sel sempurna karena protozoa merupakan makhluk hidup yang bersel satu, sehingga bukan merupakan organ tetapi organel. Protozoa merupakan hewan paling rendah derajatnya dan semua aktifitasnya dilakukan oleh protoplasma dalam sel (Karman, 1988).
       Mengenai sifat semipermeabilitas membran sel, diameter sebelum perendaman berukuran 13 cm, dengan bentuk oval. Setelah dilakukan perendaman dengan air cuka selama 72 jam, diameter telur berubah menjadi lebih besar, yaitu 14 cm dengan bentuk oval. Terjadinya gelembung udara yang banyak, yaitu gas karbon dioksida disebabkan karena kulit telur terbuat dari batu kapur.
       Pengamatan berikutnya saat parendaman telur dengan sirup selama 72 jam menghasilkan ukuran telur yang menyusut menjadi 13,5 cm dengan bentuk oval dan kulit telur yang mengkerut. Pada pengamatan terakhir, diameter telur hampir menyamai ukuran semula. Perubahan-perubahan yang terjadi merupakan pengaruh dari sifat membran plasma, yaitu semipermeabilitas. Dari sifat inilah sehingga terjadi apa yang disebut dengan proses difusi dan osmosis ( Yatim, 1987).   
IV.  KESIMPULAN DAN SARAN
4.1  Kesimpulan
       Berdasarkan hasil pengamatan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1)   Sel merupakan unit terkecil dari makhluk hidup yang tidak dapat dipisahkan
2)   Bagian sel pada tumbuhan terdiri dari inti sel, ruang antar sel, dinding sel.
      Pada sel hewan terdiri dari inti sel, sitoplasma, vakuola, setrosom, dan  badan golgi
3)   Membran plasma memiliki sifat semipermeabilitas yang dapat mempengaruhi
      proses kimiawi, yang terdapat didalam sel.
4.2  Saran
       Melalui praktikum ini, disarankan agar perlengkapan Laboratorium lebih dilengkapi sehingga kenyamanan dalam praktikum berlangsung baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar