Selasa, 20 Juli 2010

LAPORAN DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN "Hama Pada Tanaman Pangan"

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dimata dunia, Indonesia dikenal sebagai Negara agraris yang berarti sebagian besar mata pencaharian dari sekitar ±260 Juta jiwa penduduk Indonesia adalah bertani. Namun dalam tiap kegiatan bertani, seringkali berhadapan dengan berbagai kendala, diantaranya adalah gangguan Hama. Hama adalah organisme yang menyerang tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi terganggu, yang berdampak turunnya kualitas dan kuantitas serta kerugian ekonomis bagi manusia.

Hama terdapat dalam berbagai jenis, salah satunya yaitu hama serangga. Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani, berarti "berkaki enam"). Serangga ditemukan di hampir semua lingkungan kecuali di lautan Hewan ini juga merupakan contoh klasik metamorfosis. Setiap serangga mengalami proses perubahan bentuk dari telur hingga ke bentuk dewasa yang siap melakukan reproduksi. Pergantian tahap bentuk tubuh ini seringkali sangat dramatis. Di dalam tiap tahap juga terjadi proses "pergantian kulit" yang biasa disebut proses pelungsungan. Tahap-tahap ini disebut instar. Ordo-ordo serangga seringkali dicirikan oleh tipe metamorfosisnya (Wikipedia Serangga, 2009).

Serangga memiliki daya merusak yang terdiri dari berbagai macam cara, yaitu menghisap, menggigit, menggerek, dan merusak titik tumbuh. Serangga juga terbagi dalam beberapa ordo, yang mana masing-masing ordo mempunyai ciri khas yang berbeda satu sama lain yang secara sederhana dapat digunakan untuk

mengenali atau menentukan kelompok serangga tersebut.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman adalah untuk mengetahui jenis-jenis serangga hama yang menyerang tanaman pangan serta gejala serangannya.

Kegunaan dari praktikum ini adalah sebagai bahan informasi serta untuk mengetahui morfologi hama serta gejala serangan yang ditimbulkannya pada tanaman pangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ordo Orthoptera

Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan. Seringkali ini disebut juga belalang (Valanga nigricornis).

Pada ordo ini, alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen). beberapa jenis serangga anggota ordo Orthoptera antara lain yaitu kecoa (Periplaneta sp.), belalang sembah/mantis (Otomantis sp.) dan belalang kayu (Valanga nigricornis).

Ada mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat

palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya (Jumar, 2000).

2.2 Ordo Hemiptera

Ordo ini memiliki anggota yang sangat besar serta sebagian besar anggotanya bertindak sebagai pemakan tumbuhan (baik nimfa maupun imago). Namun beberapa di antaranya ada yang bersifat predator yang mingisap cairan tubuh serangga lain.

Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli, mempunyai alat mulut menusuk dan meghisap yang muncul dari depan kepala dan dinamakan stylet

(Wordpress, 2009).

2.3 Ordo Homoptera

Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya. Sayap depan anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus. Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan baik pada kepala maupun thorax umumnya sama dengan anggota Hemiptera (Sudarmo, 2000).

2.4 Ordo Lepidoptera

Dari ordo ini, hanya stadium larva (ulat) saja yang berpotensi sebagai hama, namun beberapa diantaranya ada yang predator. Serangga dewasa umumnya sebagai pemakan / pengisap madu atau nektar. Sayap terdiri dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik-sisik yang berwarna-warni. Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap, sedang larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut berupa tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaries dan mandibula Biasanya mereduksi, tetapi

palpus labialis berkembang sempurna (Wikipedia, 2009).

2.5 Ordo Coleoptera

Ordo Coleoptera merupakan bangsa kumbang beberapa jenis kumbang ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi serangga lain. Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra.

Apabila istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah sayap depan.

Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat

mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala (Triharso, 2004).

2.6 Ordo Odonata

Memiliki anggota yang cukup besar dan mudah dikenal. Sayap dua pasang dan bersifat membranus. Pada capung besar dijumpai vena-vena yang jelas dan pada kepala dijumpai adanya mata facet yang besar. Metamorfose tidak sempurna (Hemimetabola), pada stadium larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air.

Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada beberapa jenis serangga keecil yang termasuk hama, seperti beberapa jenis trips, wereng, kutu loncat serta

ngengat penggerek batang padi.(Sumangun H, 2000)

2.7 Ordo Araneida

Laba-laba (Lycosa pseudoannulata), atau disebut juga labah-labah, adalah sejenis hewan berbuku-buku (arthropoda) dengan dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tak bersayap dan tak memiliki mulut pengunyah. Semua jenis laba-laba digolongkan ke dalam ordo Araneae, dan bersama dengan kalajengking, ketonggeng, tungau semuanya berkaki delapan dimasukkan ke dalam kelas Arachnida. Bidang studi mengenai laba-laba disebut arachnologi.

Laba-laba merupakan hewan pemangsa (karnivora), bahkan kadang-kadang kanibal. Mangsa utamanya adalah serangga. Hampir semua jenis laba-laba, dengan perkecualian sekitar 150 spesies dari suku Uloboridae dan Holarchaeidae, dan subordo Mesothelae, mampu menginjeksikan bisa melalui sepasang taringnya kepada musuh atau mangsanya. Meski demikian, dari puluhan ribu spesies yang

ada, hanya sekitar 200 spesies yang gigitannya dapat membahayakan manusia

(Hamasains, 2009).

2.8 Ordo Rodentia

Anggota ordo Rodentia, yakni tikus dan bajing merupakan anggota filum Chordata yang menjadi hama penting pada beberapa jenis tanaman. Anggota filum Chordata lain yang juga berpotensi menjadi hama tanaman adalah kera (Primates) dan babi (Ungulata)

Dalam klasifikasi biologi, awalnya kelinci masuk ordo Rodentia. Tapi pada tahun 1945, Simpson ahli taksonomi menunjukkan keunikan karakteristik kelinci. Ordo Rodentia mempunyai 2 pasang gigi seri untuk mengerat, sedangkan kelinci hanya punya sepasang gigi seri sebagai pengerat. Keunikan ini menjadikan kelinci tdak masuk ordo Rodentia melainkan ordo Lagomorpha (Sudarmo, 2000).

III. METODE PRAKTEK

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman mengenai Hama Tanaman Pangan dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, pada hari Rabu, tanggal 14 Oktober 2009, pukul 14.00 – 17.30 WITA, yang bertempat di, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu papan bedah, jarum pentul, alkohol, alat tulis menulis dan buku gambar.

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu alkohol dan serangga hama tanaman pangan serta gejala serangannya. Hama serangga tersebut adalah belalang (Valanga nigricornis), walang sangit (Leptocorixa acuta), kepik hijau (Nezara viridulla), penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), penggerek batang padi putih (Tryporiza innotata), penggerek tongkol jagung (Heliothis armigera), capung (Isehnura cervula), wereng cokelat (Nilaparvata lugens), kumbang helm (Coccinella arcuta ), laba-laba (Lycosa pseudoannulata) dan tikus sawah (Rattus argentiventer).

3.3 Cara kerja

Menyiapkan seluruh alat dan bahan, setelah itu mengamati kemudian menggambar morfologi hama serangga beserta gejala serangannya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Ket :

1. Mata

2. Antena

3. Mandibula

4. Caput

5. Thorax

6. Abdomen

7. Sayap Depan

8. Sayap belakang

9. Tungkai

Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman, maka deperoleh hasil sebagai berikut :

Gambar 1. Morfologi Belalang (Valanga nigricornis)

Ket :

1. Gigitan

2.


Gambar 2. Gejala Serangan Hama Belalang (Valanga nigricornis) pada tanaman Jagung (Zea mays)

Ket :

1. Mata

2. Caput

3. Thorax

4. Abdomen

5. Sayap

6. Rostum (Moncong)


Gambar 3. Morfologi Walang Sangit (Leptocorixa acuta)

Ket :

1.

2.


Gambar 4. Gejala Serangan Hama Walang Sangit (Leptocorixa acuta) pada daun Jagung (Zea mays)

Ket :

1. Mata

2. Caput

3. Thorax

4. Abdomen

5. Sayap

6. Rostum (Moncong)


Gambar 5. Morfologi Kepik Hijau (Nezara viridulla),

Ket :

1.

2.


Gambar 6. Gejala Serangan Hama Kepik Hijau (Nezara viridulla) pada batang Padi (oryza sativa)


Ket :

1. Mata

2. Caput

3. Thorax

4. Abdomen

5. Mulut

6. Kaki Semu

7. Kaki thoraksial


Gambar 7. Morfologi Penggerek Batang Padi Putih (Tryporiza innotata)

Ket :

1.

2.


Gambar 8. Gejala Serangan Hama Penggerek Batang Padi Putih (Tryporiza innotata) pada batang Padi.

Ket :

1. Mata

2. Caput

3. Thorax

4. Abdomen

5. Mulut

6. Kaki Semu

7. Kaki thoraksial


Gambar 9. Morfologi Penggerek Batang Jagung (Ostrinia furnacalis)

Ket :

1.

2.


Gambar 10. Gejala Serangan Hama Penggerek Batang Jagung

(Ostrinia furnacelis) pada Batang Jagung (Zea mays).

Ket :

1. Mata

2. Caput

3. Thorax

4. Abdomen

5. Mulut

6. Kaki Semu

7. Kaki thoraksial


Gambar 11. Morfologi Penggerek Tongkol Jagung (Heliothis armigera).

Ket :

1.

2.


Gambar 12. Gejala Srangan Hama Penggerek Batang Jagung (Ostrinia furnacalis) pada Tongkol Jagung (Zea mayz).

Ket :

1. Mata

2. Caput

3. Thorax

4. Abdomen

5. Sayap depan

6. Sayap belakang


Gambar 13. Morfologi Kumbang Helm (Coccinella acuta)

Ket :

1. Mata

2. Caput

3. Thorax

4. Sayap

5. Abdomen

6. Mulut

7. Kaki


Gambar 14. Morfologi Capung (Isehnura cervula)

Ket :

1. Mata majemuk

2. Caput

3. Thorax

4. Kaki


Gambar 15. Morfologi Laba-Laba (Lycosa Pseudoannulata)

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan pada Ordo orthoptera yakni Belalang (Valanga nigricornis) secara umum morfologi hama serangga ini terdiri dari kepala (Caput) yang terdapat antena, dada (Toraks) terdapat enam kaki den sayap, dan perut (Abdomen) beruas. Caput meliputi antena dan mata majemuk, pada Toraks meliputi protoraks dan mesotoraks.

Tipe mulut pada belalang (Valanga nigricornis) merupakan bagian yang beruas-ruas yang terdiri dari tergum atau strenum, yang mana setiap strenum terdapat sigma, serta terdapat pula ovipositor yang berfungsi sebagai alat peletakkan telur (Ordo-ordo serangga, 2009).

Berdasarkan hasil pengamatan pada Ordo Hemiptera yakni walang sangit (Leptocorixa acuta) dan kepik hijau (Nezara viridula), secara umum morfologi hama serangga ini terdiri dari kepala (Caput), dada (Toraks), dan perut (Abdomen). Nama Hemiptera berarti "yang bersayap setengah". Nama itu diberikan karena serangga dari ordo ini memiliki sayap depan yang bagian pangkalnya keras seperti kulit, namun bagian belakangnya tipis seperti membran. Sayap depan ini pada sebagian anggota Hemiptera bisa dilipat di atas tubuhnya dan menutupi sayap belakangnya yang seluruhnya tipis dan transparan, sementara pada anggota Hemiptera lain sayapnya tidak dilipat sekalipun sedang tidak terbang. Ciri khas utama serangga anggota Hemiptera adalah struktur mulutnya yang berbentuk seperti jarum. Mereka menggunakan struktur mulut ini untuk menusuk jaringan dari makannya dan kemudian menghisap cairan di dalamnya (Rioardi, 2009).

Berdasarkan hasil pengamatan Wereng Coklat (Nilaparvata lugens Stal.), dinyatakan bahwa Anggota ordo Homoptera memiliki morfologi yang mirip dengan ordo Hemiptera. Perbedaan pokok antara keduanya antara lain terletak pada morfologi sayap depan dan tempat pemunculan rostumnya. Morfologinya memiliki bagian tubuh yang terdiri dari tiga bagian yaitu caput, toraks dan abdomen. Pada caput terdapat sepasang antena, sepasang mata majemuk. Serta seperangkat alat mulut. Toraksnya didukung oleh 3 segment, masing-masing segment terdapat satu pasang kaki. Sayap yang melengkat pada segment 2 dan 3 dari toraks serta abdomenya disokong oleh 11 segmen. Gejala serangannya, membuat buah menjadi hampa, pada bekas tusukannya timbul bercak putih yang lama-kelaan menjadi coklat atau hitam karena ditumbuhi cendawan serta pada sekamnya terdapat bekas tusukan dan pecah. Sayap depan serangga yang termasuk anggota ordo Homoptera memiliki tekstur yang homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat membranus. Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan baik pada kepala maupun thorax umumnya sama dengan anggota Hemiptera.

Berdasarkan hasil pengamatan Penggerek batang padi putih (Tryporyza innotata) dan Penggerek Batang Jagung (Ostrinia furnacalis) serta Penggerek Tongkol Jagung (Helicoverpa armigera). Secara umum serangga ini, hanya pada stadium larva (ulat) yang berpotensi sebagai hama, namun beberapa diantaranya ada yang predator.

Serangga dewasa pada ordo Lepidoptera pada umumnya sebagai pemakan/pengisap madu atau nektar. Serangga yang masuk dalam ordo Lepidoptera merupakan salah satu sarangga yang memiliki dua sayap (dua pasang), sayap belakang biasanya sedikit lebih kecil daripada sayap depan. Sayap ditutupi oleh bulu-bulu atau sisik (Wikipedia, 2008).

Berdasarkan hasil pengamatan dari Ordo Coleoptera yakni walang sangit (Leptocorixa acuta). Secara umum morfologinya tersusun atas caput tungkai depan, sayap depan, sayap belakang tungkai belakang, abdomen, toraks, dan antena. Serangga ini memiliki sayap depan yang keras,tebal,dan tanpa vena. Sayap belakang membraneus dan terlipat di bawah sayap depan saat serangga istirahat. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala (Sudarmo, 2000)

Berdasarkan hasil pengamatan dari Capung (Isehnura cervula). Secara umumnya memiliki Sayap dua pasang dan bersifat membranus. Pada capung besar dijumpai vena-vena yang jelas dan pada kepala dijumpai adanya mata facet yang besar. Siklus hidup capung, dari telur hingga mati setelah dewasa, bervariasi antara enam bulan hingga maksimal enam atau tujuh tahun.

Capung meletakkan telurnya pada tetumbuhan yang berada di air. Ada jenis yang senang dengan air menggenang, namun ada pula jenis yang senang menaruh telurnya di air yang agak deras. Setelah menetas, tempayak (larva) capung hidup dan berkembang di dasar perairan, mengalami metamorfosis menjadi nimfa, dan akhirnya keluar dari air sebagai capung dewasa. Setelah dewasa, capung hanya mampu hidup maksimal selama empat bulan (Rioardi, 2009)

Berdasarkan hasil pengamatan Laba-laba (Lycosa pseudoanulata) yang termasuk dalam ordo Araneida, secara umum Ordo araneida termasuk dalam kelas arachnida. Hewan yang termasuk dalam ordo ini adalah laba-laba. Morfologi umumnya stadium dewasanya memiliki 4 pasang kaki. Alat Mulut mengalami modifikasi atau perubahan bentuk yang terlihat jelas (Kelicera, palpus maksilaris dan hipostoma), yang berada diatas basis kapituli yang diperuntukkan untuk menghisap. Tidak memiliki antena, sayap, dan mata majemuk (Wikipedia, 2009).

Berdasarkan pengamatan tikus sawah (Rattus aegentiventer), secara morfologi memiliki bulu-bulu tubuh bagian ventral yang berwarna keabu-abuan atau biru keperakan. Pada pertumbuhan penuh panjang tubuhnya antara 16-22 cm serta jumlah puting susu ada 12 buah (Hartati, 2009).

Pengendalian hama dengan bercocoktanam merupakan pengendalian yang bekerja secara alamiah, karena sebenarnya tidak dilakukan pembunuhan terhadap hama secara langsung. Bahan kimia akan digunakan untuk mengendalikan hama bilamana pengendalian lain yang telah diuarikan lebih dahulu tidak mampu menurunkan populasi hama yang sedang menyerang tanaman, pengendaliannya dibedakan menjadi tujuh bagian penting yaitu Pengendalian secara mekanik, Pengendalian fisik, Pengendalian hayati, Pengendalian dengan varietas tahan, Pengendalian hama dengan cara bercocok tanam, Pengendalian hama dengan sanitasi dan eradikasi serta Pengendalian kimiawi. Pengendalian mekanik mencakup usaha untuk menghilangkan secara langsung hama serangga yang menyerang tanaman. Pengendalian mekanis ini biasanya bersifat manual. Pengendalian fisik dilakukan dengan cara mengatur faktor - faktor fisik yang dapat mempengaruhi perkembangan hama, sehingga memberi kondisi tertentu yang menyebabkan hama sukar untuk hidup. Pengendalian hayati adalah pengendalian hama dengan menggunakan jenis organisme hidup lain (predator, parasitoid, pathogen) yang mampu menyerang hama. Beberapa varietas tanaman tertentu tidak dapat diserang oleh serangga hama atau dengan tingkat kerusakan yang diakibatkan serangan hama relatif lebih kecil. (Totnusri,2005).



V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hama adalah organisme yang menyerang tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi terganggu, yang berdampak turunnya kualitas dan kuantitas serta kerugian ekonomis bagi manusia.

2. Hama terdapat dalam berbagai jenis, salah satunya yaitu hama serangga. Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani, berarti "berkaki enam").

3. Hama terbagi dalam beberapa ordo yaitu ordo orthoptera, ordo hemiptera, ordo homoptera, ordo lepidoptera, ordo coleoptera, ordo odonata, ordo

araneida, ordo rodentia.

5.2 Saran

Agar dalam pelaksanaan praktikum, kerjasama antara para praktikan dan asisten dapat lebih ditingkatkan lagi, agar kegiatan praktikum berlangsung dengan lebih efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Hartati, 2009. Laporan Praktikum Zoologi Arachnida dan Myriapoda. http:// biologi-staincrb.web.id. Di akses pada tanggal 16 Oktober 2009.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka cipta, Jakarta

Rioardi, 2009. Ordo-Ordo Serangga. http://rioardi.wordpress.com.

Di akses pada tanggal 16 Oktober 2009.

Sudarmo. 2000. Pengendalian Serangga Hama. Kanisius, Yogyakarta.

Sumangun H. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia.

Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Triharso. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Uns.ac.id. Dasar Perlindungan Tanaman.2008.

http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-2.htm.

Di akses pada tanggal 16 Oktober 2009.

Wikipedia. Capung. 2008. http://id.wikipedia.org/wiki/Capung.

Di akses pada tanggal 16 Oktober 2009.

Wikipedia. Hemiptera. 2008. http://id.wikipedia.org/wiki/Hemiptera.

Di akses pada tanggal 16 Oktober 2009.

Wikipedia. Hewan Pengerat. 2008. Http://id.wikipedia.org/wiki/Hewan_pengerat.

Di akses pada tanggal 16 Oktober 2009.

Wikipedia. Pengerek Batang Padi. 2008.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pengerek_batang_padi.

Di akses pada tanggal 16 Oktober 2009.

Tidak ada komentar: