Selasa, 20 Juli 2010

LAPORAN DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN "Pengenalan Penyakit Tanaman Disebabkan Oleh Bakteri dan Virus"

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerusakkan pada tanaman diketahui tidak hanya merupakan akibat dari serangan hama, namun dapat juga disebabkan karena gangguan penyakit. Secara biologi Penyakit tumbuhan adalah proses fisiologi yang tidak normal dalam badan tumbuhan, yang dapat menyebabkan kerugian langsung pada petani, karena dapat mengurangi kualitas dan kuantitas hasil.

Penyakit yang menyerang tanaman biasanya menimbulkan gejala-gejala atau ciri khas sehingga dapat memudahkan untuk mengetahui penyakit yang menyerang tanaman. Selain Jamur, Penyakit tumbuhan dapat pula disebabkan oleh bakteri dan virus.

Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dengan ukuran sangat kecil yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Bakteri berkembang biak dengan cara membelah diri, serta mengambil bahan makanan secara parasitis dengan cara menghisapnya melalui dinding sel. Bakteri diketahui memiliki empat bentuk, diantaranya berbentuk batang (baksilus), bulat (kokkus), koma (vibrion), dan spiral (spirilum). Virus merupakan organisme subselular yang berukuran sangat kecil, lebih kecil dari bakteri sehingga hanya dapat dilihat menggunakan mikroskop elektron dan hanya dapat membiak di dalam sel yang hidup sehingga virus disebut parasit yang biotroph. Gejala serangan penyakit virus sering tidak dapat dibedakan dengan gejala kekurangan unsur hara, pengaruh faktor lingkungan yang ekstrim ataupun pengaruh pencemaran bahan kimia. Yang membedakan penyakit tanaman karena serangan virus dengan penyakit tanaman Non-patogenik (yang bukan disebabkan oleh patogen) adalah bahwa penyakit tanaman yang terserang virus dapat ditularkan pada tanaman yang sehat, sedangkan tanaman Non-patogenik tidak dapat ditularkan. Agar terhindarnya tanaman dari penyakit, maka pengetahuan lebih lanjut tentang bakteri dan virus harus dikembangkan untuk mendapatkan pengendalian peyakit yang

efektif (Triharso, 2004).

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri morfologi tanaman yang terserang penyakit disebabkan oleh bakteri dan virus.

Kegunaan dari praktikum ini adalah dapat mengetahui secara jelas ciri morfologi tanaman yang terserang penyakit, serta mengetahui perbedaan tanaman yang terserang bakteri ataupun tanaman yang terserang virus.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Darah pada Pisang

Gejala serangan Penyakit Darah pada Pisang (Blood Disease Bacterium) dapat dilihat Pada tanaman pisang dewasa yang sudah berbuah, yaitu pada daun ketiga atau keempat dari atas (pucuk) mulai menguning serta disusul dengan daun-daun berikutnya lalu mengering. Akibatnya pertumbuhan buah tidak sempurna. Apabila buah-buah pisang tersebut di potong atau di belah terlihat adanya cairan atau getah kental berwarna coklat kemerahan yang berbau busuk, Pada bagian dalam bungkul dan batang pisang yang sudah terkena penyakit, apabila dipotong bagian tengah terlihat bintik-bintik berwarna coklat kemerahan. Akhirnya berlanjut tanaman pisang akan menjadi kering dan mati (Anonim, 2009).

Menurut Triharso (2004), Bakteri penyebab timbulnya penyakit darah pada pisang adalah bakteri “Pseudomonas solanacearum”. Penularan bakteri ini dapat terjadi karena tanaman pisang berasal dari bibit yang sakit, singgahnya serangga penyerbuk pada bunga (jantung) pisang, dan dapat pula melalui alat-alat pertanian dan aliran air.

Dalam siklus hidupnya, bakteri Pseudomonas solanacearum dapat bertahan dalam tanah, kemudian dapat terbawa oleh tanah yang dihanyutkan air. Dari dalam tanah, bakteri ini dapat menginfeksi akar-akar pisang dan batang pisang melalui luka-luka (Semangun, 2004).

Adapun pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan Sanitasi, agar lingkungan kebun pisang agar selalu bersih. Menerapkan sistem drainase yang baik, menggunakan peralatan yang steril/dibersihkan dulu. Pemupukan dengan bahan organik akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme antagonis untuk membunuh bakteri perusak, Isolasi spot, yaitu membungkus bunga pisang dengan kain agar tidak di kunjungi oleh serangga penular sampai selesai pembungaan serta Eradikasi/pemusnahan, yaitu menebang semua pisang yang ada pada lahan tersebut, dan diganti dengan tanaman pisang yang tahan terhadap penyakit darah pisang

(Anonim, 2009).

2.2 Layu Bakteri pada Tomat

Gejala serangan penyakit layu bakteri pada tomat, dapat dilihat dari menjadi layunya beberapa daun muda atau menguningnya daun-daun tua (daun-daun sebelah bawah). Dan jika batang, cabang atau tangkai daun tanaman sakit dibelah, maka akan tampak berkas pembuluh berwarna coklat. Empulur sering juga berwarna kecoklatan. Pada stadium penyakit yang lanjut, bila batang dipotong, dari berkas pembuluh akan keluar massa bakteri seperti lendir berwarna putih susu. Adanya massa lendir ini dapat dipakai untuk membedakan penyakit layu bakteri dengan layu fusarium. Olehnya penyakit layu bakteri sering juga disebut penyakit lendir (Semangun, 2004).

Pseudomonas solanacearum merupakan penyebab penyakit Layu bakteri pada tomat. Bakteri ini berbentuk batang dengan ukuran 0,5 x 1,5 µm, tidak berspora, bergerak dalam satu bulu cambuk (Flagellum). Penularan bakteri ini dapat terjadi karena tanaman tomat berasal dari bibit yang sakit, dan dapat pula melalui alat-alat pertanian dan aliran air (Anonim, 2009).

Menurut Semangun (2004), Mula-mula bakteri Pseudomonas solanacearum terangkut dalam pembuluh kayu yang besar, kemudian pada batang yang lunak Bakteri masuk ke dalam ruang antar sel dalam kulit dan empulur, menguraikan sel-sel sehingga terjadi rongga-rongga pada tanaman tomat dan menginfeksinya. Atau dapat juga terbawa oleh tanah yang dihanyutkan air kemudian menginfeksi akar-akar tanaman tomat.

Adapun pengendalian dapat dilakukan dengan cara Sanitasi, agar selalu bersih. Menerapkan sistem drainase yang baik, menggunakan peralatan yang steril/dibersihkan dulu. Pemupukan dengan bahan organik akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme antagonis untuk membunuh bakteri perusak

(Anonim, 2009).

2.3 Kacang Tanah yang Terserang Penyakit Bercak Daun (PMoV dan PStV)

Menurut Semangun (2004), Pada Tanaman kacang tanah, Gejala serangan PMoV (Peanut Mottle Virus) dapat dilihat dari belang-belang pada daun yang tidak teratur, berwarna hijau tua dan hijau muda, tulang-tulang daun agak melekuk, dan tepi daun agak menggulung keatas. Infeksi yang terjadi pada waktu tanaman masih muda sering menyebabkan terjadinya gejala belang dengan cincin-cincin klorotis. Olehnya, PMoV sering juga disebut penyakit belang. Sedangkan Gejala serangan PStV (Peanut Stripe Virus) terlihat dari adanya garis-garis putus-putus (diskontinu), dan pada daun terjadi gejala mosaik yang berat, serta terdapat corak tertentu yang bilurnya meluas, sehingga mirip sekali dengan gejala penyakit belang. PStV sering juga disebut dengan penyakit bilur.

Menurut Triharso (2004), belang pada daun kacang tanah disebabkan oleh Virus Belang Kacang Tanah atau PMoV (Peanut Mottle Virus). Virus ini mempunyai zarah-zarah berbentuk batang lentur, mempunyai panjang 700-750 nm, bertahan terhadap keasaman antar PH 4-8. Sedangkan bilur pada daun kacang tanah disebabkan oleh Virus Bilur Kacang Tanah atau PStV (Peanut Stripe Virus). Zarah virus PStV berbentuk batang lentur yang panjangnya ± 750 nm, didalam sel tanaman sakit terdapat badan inklusi yang mirip dengan cakra.

Daur hidup PMoV (Peanut Mottle Virus) pada kacang tanah dapat diketahui dari ditularkannya penyakit oleh kutu daun Aphis craccivora Koch. Satu sampai tiga ekor kutu telah cukup untuk menularkan penyakit. Dalam badan kutu, virus hanya dapat bertahan selama 24 jam karena virus bersifat nonpersisten, Selanjutnya kutu yang mengandung virus sudah dapat menularkan virus ke tanaman sehat jika dibiarkan mengisap selama 3 menit. Kemudian pada daur hidup PStV (Peanut Stripe Virus), penyakit dapat ditularkan secara mekanis oleh serangga dan dapat terbawa oleh biji tanaman sakit. PStV dapat pula ditularkan oleh kutu daun Aphis craccivora Koch,

dengan cara yang sama pada PMoV (Anonim, 2009).

Menurut Tjahjadi (2002), Pengendalian terhadap PMoV (Peanut Mottle Virus ) dapat dilakukan dengan menanam bibit kacang tanah yang mempunyai ketahanan tinggi terhadap penyakit belang, serta mengadakan pertanaman yang rapat agar kurang mendapat gangguan dari penyakit belang. Sedangkan pengendalian terhadap PStV (Peanut Stripe Virus), dapat dilakukan dengan menanam benih yang bebas virus, menanam jenis yang tahan terhadap virus maupun kutu daun yang bertindak sebagai vektor virus, mengendalikan kutu daun dengan insektisida atau

mengendalikannya secara biologi.

2.4 Penyakit Kerdil Hampa

Gejala serangan penyakit kerdil hampa pada tanaman padi dapat dilihat dari Pelepah dan helaian daun yang memendek dan daun yang terserang berwarna kuning-jingga sampai kuning. Daun muda sering berlurik atau strip berwarna putih sampai hijau pucat dengan panjang berbeda sejajar dengan tulang daun. Gejala terjadi mulai dari ujung daun yang lebih tua. Daun menguning menipis bila daun yang lebih tuadterinfeksi, Malai yang terserang jarang menghasilkan gabah, menjadi pendek dan steril atau hanya sebagian yang berisi dengan gabah yang berubah warna. Pembungaan tanaman sakit tertunda dan pembentukan malai sering tidak sempurnad(Anonim,f2009).

Penyakit kerdil hampa yang menyerang pada tanaman padi disebut juga Penyakit tungro. Penyakit ini disebabkan oleh dua bentuk partikel virus tungro yang berasosiasi yakni virus batang (rice tungro bacilliform virus = RTBV) yang berukuran panjang 100 - 300 nano meter (nano meter = satu per sejuta mili meter) dan lebarnya 30 - 35 nano meter, sedangkan virus tungro bulat(rice tungro spherical virus = RTSV), bergaris tengah 30 nano meter (Anonim, 2009).

Dalam siklus hidupnya, Virus tungro dibawa oleh wereng hijau (Nephotetphix virescens) dengan mengisap tanaman sakit dan menyebarkannya melalui jaringan tanaman padi. Penularan penyakit pada wereng hijau berlangsung secara nonpersisten, yaitu segera terjadi dalam waktu 2 jam setelah mengisap tanaman, dan menimbulkan tanda serangan setelah 6-9 hari kemudian (Anonim, 2009).

Menurut Tjahjadi (2002), pengendalian terhadap virus tungro dapat dilakukan dengan cara menanam padi tahan wereng, mencabut dan memusnahkan tanaman yang terinfeksi, rotasi dengan tanaman palawija, menggunakan varietas yang tahan, eradikasi sumber infeksi dan budidaya tanaman sehat.

III. METODE PRAKTEK

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman mengenai Pengenalan Penyakit Bakteri dan Virus dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu. Waktu pelaksanaannya pada

hari Rabu, tanggal 11 November 2009, Pukul 14.00 sampai selesai.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, Pisau, Tisue, alat tulis menulis dan buku gambar.

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Buah dan Batang pisang yang terserang Blood Disease Bacterium (BDB) akibat bakteri Pseudomonas solanacearum, Tanaman Tomat yang terserang Pseudomonas solanacearum, Tanaman Kacang Tanah yang terserang Peanut Mottle Virus (PMoV) dan Peanut Stripe Virus (PStV) serta Tanaman padi yang terserang virus tungro.

3.3 Cara Kerja

Mengambil dan mengamati spesimen tanaman yang menunjukkan gejala serangan penyakit, yaitu Buah dan Batang pisang yang terserang Blood Disease Bacterium (BDB) akibat bakteri Pseudomonas solanacearum, Tanaman Tomat yang terserang Pseudomonas solanacearum, Tanaman Kacang Tanah yang terserang Peanut Mottle Virus (PMoV) dan Peanut Stripe Virus (PStV) serta Tanaman padi yang terserang virus tungro. Kemudian menggambar spesimen tersebut secara jelas, lalu menuliskan keterangan morfologi yang diperoleh dari spesimen yang diamati.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Ket :

Gejala serangan (terlihat adanya cairan atau getah kental berwarna coklat kemerahan)

Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Gambar 49. Buah Pisang yang Terserang Penyakit Darah (Blood Disease Bacterium)

Ket :

Gejala serangan (bagian tengah batang terdapat bercak berwarna coklat kemerahan)


Gambar 50. Batang Pisang yang Terserang Penyakit Darah (Blood Disease Bacterium)



Ket :

Gejala serangan

(layunya beberapa daun muda atau menguningnya daun-daun tua, dari berkas pembuluh keluar massa bakteri seperti lendir berwarna putih susu)


Gambar 51. Tanaman Tomat yang Terserang Layu Bakteri yang Disebabkan Oleh Pseudomonas solanacearum



Ket :

Gejala serangan (belang-belang yang tidak teratur pada daun, Nampak seperti bercak hitam yang dikelilingi dengan cincin warna kuning )


Gambar 52. Tanaman Kacang Tanah yang Terserang PMoV (Peanut Mottle Virus)

Ket :

Gejala serangan (bilur yang tidak teratur, seperti garis/strip warna hitam yang mengikuti tulang daun)


Gambar 53. Tanaman Kacang Tanah yang Terserang PStV (Peanut Stripe Virus)



Ket :

Gejala serangan (daun yang terserang berwarna kuning-jingga sampai kuning serta adanya bercak coklat kehitaman pada bulir padi )


Gambar 54. Tanaman Padi yang Terserang Virus Tungro (Penyakit kerdil Hampa)

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tanaman pisang, baik pada buah pisang maupun batang pisang yang terserang penyakit darah yang disebabkan oleh Blood Disease Bacterium (BDB), menunjukkan adanya cairan atau getah kental berwarna coklat kemerahan pada buah pisang yang dibelah, serta menunjukkan adanya bercak berwarna coklat kemerahan pada bagian tengah batang pisang, seperti yang terlihat pada gambar 49.

Menurut Triharso (2004), Bakteri penyebab timbulnya penyakit darah pada pisang adalah bakteri “Pseudomonas solanacearum”. Penularan bakteri ini dapat terjadi karena tanaman pisang berasal dari bibit yang sakit, singgahnya serangga penyerbuk pada bunga (jantung) pisang, dan dapat pula melalui alat-alat pertanian dan aliran air.

Adapun pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan Sanitasi, Menerapkan sistem drainase yang baik, menggunakan peralatan yang steril/dibersihkan dulu, Pemupukan dengan bahan organik, Isolasi spot, serta Eradikasi (Anonim, 2009).

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tanaman tomat yang terserang bakteri Pseudomonas solanacearum, menunjukkan adanya gejala serangan seperti layunya beberapa daun muda atau menguningnya daun-daun tua, adanya bercak hitam pada berkas pembuluh batang. Seperti terlihat pada gambar 51.

Menurut Semangun ( 2004), Dari berkas pembuluh akan keluar massa bakteri seperti lendir berwarna putih susu. Adanya massa lendir ini dapat dipakai untuk membedakan penyakit layu bakteri dengan layu fusarium. Olehnya penyakit layu bakteri sering juga disebut penyakit lendir. Dan jika batang, cabang atau tangkai daun tanaman sakit dibelah, maka akan tampak berkas pembuluh berwarna coklat.

Adapun pengendalian penyakit layu bakteri pada tomat yang disebabkan Pseudomonas solanacearum dapat dilakukan dengan cara Sanitasi, agar selalu bersih. Menerapkan sistem drainase yang baik, menggunakan peralatan yang steril/dibersihkan dulu. Pemupukan dengan bahan organik akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme antagonis untuk membunuh bakteri perusak (Anonim, 2009).

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tanaman kacang tanah yang terserang Peanut Mottle Virus (PMoV) menunjukkan adanya gejala serangan seperti bercak belang-belang yang tidak teratur pada daun, Nampak seperti bercak hitam yang dikelilingi dengan cincin warna kuning. Selanjutnya pada tanaman kacang tanah yang terserang Peanut Stripe Virus (PStV) menunjukkan adanya gejala serangan seperti bercak bilur yang tidak teratur, seperti garis/strip warna hitam yang mengikuti tulang daun, Seperti yang terlihat pada gambar 52.

Menurut Semangun (2004), Gejala serangan Peanut Mottle Virus (PMov) dapat dilihat dari belang-belang pada daun yang tidak teratur, berwarna hijau tua dan hijau muda, tulang-tulang daun agak melekuk, dan tepi daun agak menggulung keatas. Sedangkan Gejala serangan Peanut Stripe Virus (PStV) terlihat dari adanya garis-garis putus-putus (diskontinu), dan pada daun terjadi gejala mosaik yang berat, serta terdapat corak tertentu yang bilurnya meluas, sehingga mirip sekali dengan gejala penyakit belang.

Menurut Tjahjadi (2002), Pengendalian terhadap Peanut Mottle Virus (PMoV) dapat dilakukan dengan menanam bibit kacang tanah yang mempunyai ketahanan tinggi terhadap penyakit belang, serta mengadakan pertanaman yang rapat agar kurang mendapat gangguan dari penyakit belang. Sedangkan pengendalian terhadap Peanut Stripe Virus (PStV), dapat dilakukan dengan menanam benih yang bebas virus, menanam jenis yang tahan terhadap virus maupun kutu daun yang bertindak sebagai vektor virus, mengendalikan kutu daun dengan insektisida atau

mengendalikannya secara biologi.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tanaman padi yang terserang virus tungro, menunjukkan gejala serangan seperti adanya bercak coklat kehitaman pada bulir padi serta daun yang terserang berwarna kuning-jingga sampai kuning, Seperti yang terlihat pada gambar 54.

Gejala serangan penyakit kerdil hampa pada tanaman padi dapat dilihat dari Pelepah dan helaian daun yang memendek dan daun yang terserang berwarna kuning-jingga sampai kuning. Daun muda sering berlurik atau strip berwarna putih sampai hijau pucat dengan panjang berbeda sejajar dengan tulang daun. Malai yang terserang jarang menghasilkan gabah, menjadi pendek dan steril atau hanya sebagian yang berisi dengan gabah yang berubah warna. Pembungaan tanaman sakit tertunda dan pembentukan malai sering tidak sempurna (Anonim, 2009).

Menurut Tjahjadi (2002), pengendalian terhadap virus tungro dapat dilakukan dengan cara menanam padi tahan wereng, mencabut dan memusnahkan tanaman yang terinfeksi, rotasi dengan tanaman palawija, menggunakan varietas yang tahan, eradikasi sumber infeksi dan budidaya tanaman sehat.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Penyakit tumbuhan adalah proses fisiologi yang tidak normal dalam badan tumbuhan, yang dapat menyebabkan kerugian langsung pada petani, karena dapat mengurangi kualitas dan kuantitas hasil.

2. Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dengan ukuran sangat kecil yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Bakteri berkembang biak dengan cara membelah diri. Sedangkan Virus merupakan organisme subselular yang berukuran lebih kecil dari bakteri dan hanya dapat membiak di dalam sel yang hidup, olehnya virus disebut parasit yang biotroph.

3. Secara umum, pengendalian yang dapat dilakukan untuk menanggulangi bakteri dan virus dapat melalui Sanitasi, Penggunaan bibit sehat, pergiliran tanaman, memperbaiki pengairan, mengatur jarak tanam yang baik, Mencuci alat pertanian dan menjaga tanaman agar terhindar dari luka, Menanam benih yang

bebas virus, Mencabut dan memusnahkan tanaman yang terinfeksi.

5.2 Saran

Agar dalam pelaksanaan praktikum, penjelasan tentang penyakit yang menyerang tanaman dapat diuraikan secara lebih mendetail lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Panduan Penanaman Pisang. http://forumpertanian.8.forumer. com/a/panduan-penanaman-pisang.html. Diakses 13 November 2009

, 2009. Panduan Penanaman Pisang. http:// blogspot.com/2009/05/ panduan-penanaman-pisang.html. Diakses 13 November 2009

, 2009. Pengendalian Penyakit Darah Pisang. http://kliniktanaman.blogspot.com/2009/05/pengendalian-penyakit-darah-pisang .html. Diakses 13 November 2009

, 2009. Tungro. http//black-karma..blogspot.com/2009/03/ tungro. html. Di akses 13 November 2009

, 2009. Budidaya Hortikultura. http://www.tanindo.com/abdi18/ Budidaya Hortikultura.htm. Di akses 13 November 2009

, 2009. Layu Bakteri pada Tanaman Tomat http://karyamandiriprw.wordpress.com/2009/06/30/layu-bakteri-pada tanaman-tomat. Diakses pada tanggal 13 November 2009

,2009. Penyakit tumbuhan. http//naynienay.wordpress.com/penyakit tumbuhan. Di akses 13 November 2009

Semangun, H., 2004, Penyakit-Penyakit Hortikultura di Indonesia. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Triharso. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Tjahjadi, N., 2002. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanusius, Yogyakarta.

Tidak ada komentar: