Selasa, 20 Juli 2010

LAPORAN DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN "Hama Gudang"

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hama merupakan semua binatang yang aktifitasnya menimbulkan kerusakan pada tanaman dan menimbulkan kerugian secara ekonomis. Salah satu jenis hama yang menyerang tanaman adalah hama jenis serangga (Insekta). Jenis hama serangga tidak hanya dijumpai di ladang ataupun di sawah, akan tetapi hama serangga dapat pula di jumpai pada bahan-bahan simpanan di gudang (Nyoman I, 2005).

Hama gudang hidup dalam ruang lingkup yang terbatas, yakni hidup dalam bahan-bahan simpanan di gudang. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari ordo Coleoptera (bangsa kumbang), seperti Tribolium sp. , Sitophilus oryzae, Callocobruchus chinensis, Sitophilus zaemays, Necrobia rufipes dan lain-lain.

Coleoptera berasal dari bahasa Latin coleos = perisai, pteron = sayap, yang berarti insekta bersayap perisai. Memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan dan sayap belakang. Sayap depan keras, tebal dan memiliki permukaan luar yang halus yang mengandung zat tanduk sehingga dinamakan elytra, sedangkan sayap belakang lebih tipis seperti selaput dan lebih panjang dari pada sayap depan, Mengalami metamorfosis sempurna dan Tipe mulut menggigit (Wikipedia, 2008).

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis hama yang menyerang pada bahan-bahan simpanan di gudang dan mengetahui ciri-ciri

morfologi serta gejala serangan yang ditimbulkannya.

Kegunaan dari praktikum ini adalah dapat mengetahui secara jelas bagian-bagian morfologi dan gejala serangan serta pengendalian dari berbagai jenis hama gudang.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis)

2.1.1 Ciri Morfologi

Salah satu serangga hama yang sangat potensial merusak biji kacang hijau di gudang adalah Callosobruchus chinensis. Serangga hama ini disebut kumbang biji. Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis) mempunyai moncong yang pendek dan femur tungkai belakang yang membesar. Bentuk tubuh kumbang dewasa kebanyakan bulat atau lonjong. bentuk tubuhnya bulat telur dengan bagian kepalanya yang agak runcing. Pada sayap depannya terdapat gambaran gelap yang menyerupai huruf U dan pronotumnya halus. Warna sayap depannya coklat kekuning-kuningan (Rioardi,2009)

Pada kumbang jantan mempunyai ukuran tubuh 2,4 mm - 3 mm sedangkan kumbang betina mempunyai ukuran tubuh 2,76 mm – 3,49 mm. Imago betina dapat menghasilkan telur sampai 700 butir. Telur berbentuk lonjong agak transparan atau kekuning-kuningan atau berwarna kelabu keputih-putihan. Panjang telur 0,57 mm, berbentuk cembung pada bagian dorsal, dan rata pada bagian yang melekat pada biji.

Telur diletakkan pada permukaan biji dan direkatkan dengan semacam perekat.

(Wikipedia, 2008).

2.1.2 Sistematika

Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Family Bruchidae, Genus Callosobruchus, Spesies Callosobruchus chinensis

(Wikipedia, 2008)

2.1.3 Gejala serangan

Setelah imago betina bertelur, maka telur diletakkan pada permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari. Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur diletakkan. Lama stadia larva adalah 10-13 hari. Produk yang diserang akan tampak berlubang, karena larva terus menggerek biji dan berada di dalam biji sampai menjadi imago. Setelah menjadi

imago, maka lubang pada biji menjadi tempat keluar imago dari dalam biji (Wikipedia, 2008).

2.1.4 Pengendalian

Serangga hama Callosobruchus chinensis, dapat dikendalikan dengan cara melakukan fumigasi dan menggunakan musuh alami hama ini (Anisopteromalus calandrae dan semut hitam). Musuh alaminya yang tidak lain berupa parasit parasitoid larva yaitu Anisopteromalus calandrae (Howard) dan Dinarmus basalis (Rondani) (Pteromalidae: Hymenoptera) yang biasanya juga menyerang Sitophilus sp. atau serangga lain yang tergolong bangsa kumbang. Jenis parasit tersebut biasanya menyerang kepompong. Semut juga dapat menyerang kumbang Callosobruchus chinensis dewasa, terutama yang abnormal atau yang hampir mati. Perangkap lampu atau lem dapat menangkap imago. Pengendalian di

gudang dapat dilakukan dengan fumigasi (Wordpress, 2008).

2.2 Kumbang Kopra (Necrobia rufipes)

2.2.1 Ciri Morfologi

Kumbang kopra (Necrobia rufipes) dengan Famili Cleridae memiliki ciri-ciri bentuk tubuh memanjang, berwarna cemerlang, pronotumnya lebih sempit dari kepala, memiliki antenna clubbed atau kadang serrate atau pectinate. Perbedaan kumbang jantan dan betina dewasa terletak pada ukuran tubuh, kumbang jantan memiliki tubuh yang lebih kecil dari betinanya. Pada kumbang betina memiliki embelan ovipositor, memiliki sepasang ovari, ruas abdomen 8 atau 9, satu sistem saluran telur yang dijalurkan keluar bila mana hendak bertelur. Sedangkan kumbang jantan, pada ruas abdomen ke 10 memiliki alat kelamin berupa penis, memiliki

organ penjepit bagian luar dan organ penusuk bagian median (Triharso, 2004).

2.2.2 Sistematika

Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Family Cleridae, Genus Necrobia, Spesies Necrobia rufipes (Wikipedia, 2008).

2.2.3 Gejala serangan

Kumbang menyukai kopra yang berkualitas rendah, aktif baik siang maupun malam hari. Telur diletakkan di celah-celah atau retakan bahan yang tersembunyi. Setelah menetas, maka larva akan menggerek bahan dengan liang gerek yang berkelok-kelok. Menjelang saat berkepompong larva itu membuat rongga yang bentuknya oval dan dilapisi dengan campuran sisa gerekan dan air liurnya dari sebelah dalam. Biasanya larva terakhir juga menyiapkan lubang keluar bagi kumbang dewasa yang baru dan lubang itu ditutup dengan campuran air liurnya dan

sisa gerekkannya (Sudarmo, 2004).

2.2.4 Pengendalian

Pengendalian serangga hama yang biasa dilakukan adalah dengan cara membuat kopra dari kelapa yang benar-benar tua serta Menjaga kebersihan gudang dari berbagai macam kotoran yang dapat mengundang datangnya

serangga hama (Pracaya, 2004).

2.3 Kumbang Beras (Sitophilus oryzae)

2.3.1 Ciri Morfologi

Kumbang beras (Sitophilus oryzae) dewasa berwarna coklat tua, dengan bentuk tubuh yang langsing dan agak pipih. Pada bagian pronotumnya terdapat enam pasang gerigi yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai segitiga. Pada sayap depannya terdapat garis-garis membujur yang jelas. Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewasa (Wordpress, 2008).

Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-400 butir. telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibuat sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yang telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di ruang simpan,

dan jenis produk yang diserang (Wordpress, 2008).

2.3.2 Sistematika

Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera

Family Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies Sitophilus oryzae (Wikipedia, 2008)

2.3.3 Gejala serangan

Gejala serangan yang ditimbulkan mirip dengan gejala serangan Necrobia rufipes tetapi liang gerekannya sempit dan bercabang-cabang. Kumbang betina meletakkan telur pada celah-celah atau di antara butiran-butiran bahan secara tersebar atau terpisah-pisah. Beberapa hari kemudian telur menetas dan larva segera merusak butiran atau bahan di sekitarnya. Panjang larva dewasa kira-kira dua kali panjang kumbangnya. Apabila akan menjadi kepompong, larva tersebut menempatkan diri pada lekuk-lekuk atau celah-celah bahan, dengan sedikit ikatan benang sutera pada bagian ujung abdomennya. Sering larva membuat semacam kokon yang tidak sempurna di sudut-sudut tempat simpanan atau bahan yang diserang. Selanjutnya, butiran beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali akibat serangan hama ini

yang bercampur dengan air liur hama (Wordpress, 2008).

2.3.4 Pengendalian

Pengendalian serangga hama sitophilus oryzae dapat dilakukan dengan menggunakan Musuh alami hama ini antara lain Anisopteromalus calandrae How (parasit larva), semut merah dan semut hitam yang berperan sebagai predator dari larva dan telur hama. Selain itu, penjemuran produk simpanan pada terik matahari merupakan salah satu cara pengendalian yang baik, karena dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat

penyimpanan yang baik yang di tunjang dengan fasilitas penyimpanan lainnya , dan

dengan melakukan fumigasi terhadap produk yang disimpan (Matnawy H, 2001).

2.4 Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays)

2.4.1 Ciri Morfologi

Kumbang dewasa berwarna coklat kemerahan pudar hingga mendekati hitam, dan biasanya memiliki bercak di bagian belakang dengan empat bintik kemerah-merahan terang atau kekuning-kuningan. Panjangnya 2,5 – 4,5 mm, moncongnya sempit dan panjang. Mempunyai antenna yang menyiku (siku-siku). Larvanya putih

gemuk dan tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung

(Sudarmo, 2004).

2.4.2 Sistematika

Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera

Family Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies Sitophilus zeamays

(Wikipedia, 2008).

2.4.3 Gejala serangan

Kumbang jagung (Sitophilus zeamays) menyerbu biji-biji jagung yang telah masak di lapangan sehingga tongkol jagung berlubang-lubang. Setiap lubang yang di gerek, dimasuki satu butir telur Kemudian lubang ditutup kembali dengan zat seperti gelatin yang berfungsi sebagai sumbat telur. Telur akan menetas dalam beberapa hari

menjadi larva dan memakan bagian dalam inti biji. Kemudian menjadi kepompong,

selanjutnya menjadi kumbang dewasa (Sudarmo, 2004).

2.4.4 Pengendalian

Pengendalian kumbang jagung (Sitophilus zeamays) dapat dilakukan dengan cara Menjaga kelembapan penyimpanan kurang dari 8% atau menjemur jagung sampai kering betul sebelum disimpan, karena kumbang tidak dapat hidup pada

kelembapan serendah itu (Triharso, 2004).

2.5 Kumbang Tepung (Tribolium sp)

2.5.1 Ciri Morfologi

Kumbang dewasa berbentuk pipih, oval, berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4 mm. Telur berwarna putih agak merah dengan panjang ± 1,5 mm. larva berwarna cokelat muda dengan panjang ± 5-6 mm. Pupa berwarna putih dan dihiasi warna kuning dengan panjang ± 3,5 mm. Periode telur sampai dewasa

sekitar 6 minggu (Wikipedia, 2008).

2.5.2 Sistematika

Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera

Family Tenebrionidae, Genus Tribolium Spesies Tribolium sp. (Wikipedia, 2008)

2.5.3 Gejala serangan

Hama ini juga disebut hama bubuk beras, bubuk Tribolium bukan hama yang khusus menyerang beras atau tepungnya. Pada kenyataannya, dimana pada komoditas beras ditemukan hama Sitophilus oryzae, pasti akan ditemukan juga hama bubuk ini. Hama Tribolium hanya memakan sisa komoditas yang telah terserang

hama Sitophilus oryzae sebelumnya yang berbentuk tepung (Wordpress, 2008).

2.5.4 Pengendalian

Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan oleh hama ini dapat dilakukan dengan melakukan penjemuran terhadap komoditas simpanan pada waktu tertentu dengan pengeringan yang sempurna. Selain itu juga dapat dilakukan fumigasi terhadap produk pasca penen dengan menggunakan fumigan yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia (Tjahjadi, 2002).

III. METODE PRAKTEK

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman Mengenai Hama Gudang dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu. pada hari Rabu, tanggal 28 Oktober 2009, pukul 14.00 sampai selesai.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, Toples yang di cat hitam, kain hitam, karet gelang, cawan petri, alat tulis menulis dan buku gambar

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Kumbang biji (Callosobruchus chinensis), Kumbang kopra (Necrobia rufipes), Kumbang beras (Sitophilus oryzae), Kumbang jagung (Sitophilus zeamays), Kumbang tepung

(Tribolium sp.), Beras, Jagung, Tepung, Kopra, Kacang hijau dan Alkohol 70%.

3.3 Cara Kerja

Sebelum melakukan pengamatan, mula-mula menimbang bahan-bahan sebanyak 100 gr, kemudian memasukkan bahan serta serangga sebanyak 10 ekor kedalam toples yang dicat hitam, lalu menutup toples dengan kain hitam, selanjutnya mengamati penyusutan bahan tiap 3 hari sekali. Setelah melakukan pengamatan, kemudian menggambar serangga serta menuliskan ciri-ciri setiap specimen serangga hama.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Hasil pengamatan Susut Pada Bahan Simpanan

Tabel 1. Pengamatan kehilangan berat bahan pada kacang hijau (Vigna radiata)

No.

Hari/Tgl

Berat Awal

Berat Akhir

Susut

1.

Senin,19-10-2009

100 gr

100 gr

0 %

2.

Kamis,22-10-2009

100 gr

100 gr

0 %

3.

Senin,26-10-2009

100 gr

100 gr

0 %

4.

Rabu,28-10-2009

100 gr

100 gr

0 %

Grafik 1. Pengamatan kehilangan berat bahan pada kacang hijau (Vigna radiata)

Tabel 2. Pengamatan kehilangan berat bahan pada kopra (Cocos nucifera)

No.

Hari/Tgl

Berat Awal

Berat Akhir

Susut

1.

Senin,19-10-2009

100 gr

100 gr

0 %

2.

Kamis,22-10-2009

100 gr

100 gr

0 %

3.

Senin,26-10-2009

100 gr

100 gr

0 %

4.

Rabu,28-10-2009

100 gr

100 gr

0 %

Grafik 2. Pengamatan kehilangan berat bahan pada kopra (Cocos nucifera)

Tabel 3. Pengamatan kehilangan berat bahan pada beras (Oryzae)

No.

Hari/Tgl

Berat Awal

Berat Akhir

Susut

1.

Senin,19-10-2009

100 gr

100 gr

0 %

2.

Kamis,22-10-2009

100 gr

100 gr

0 %

3.

Senin,26-10-2009

100 gr

100 gr

0 %

4.

Rabu,28-10-2009

100 gr

100 gr

0 %

Grafik 3. Pengamatan kehilangan berat bahan pada beras (Oryzae)

Tabel 4. Pengamatan kehilangan berat bahan pada Jagung (Zea mays)

No.

Hari/Tgl

Berat Awal

Berat Akhir

Susut

1.

Senin,19-10-2009

100 gr

100 gr

0 %

2.

Kamis,22-10-2009

100 gr

100 gr

0 %

3.

Senin,26-10-2009

100 gr

100 gr

0 %

4.

Rabu,28-10-2009

100 gr

100 gr

0 %

Grafik 4. Pengamatan kehilangan berat bahan pada jagung (Zea mays)

Tabel 5. Pengamatan kehilangan berat bahan pada tepung

No.

Hari/Tgl

Berat Awal

Berat Akhir

Susut

1.

Senin,19-10-2009

100 gr

100 gr

0 %

2.

Kamis,22-10-2009

100 gr

100 gr

0 %

3.

Senin,26-10-2009

100 gr

100 gr

0 %

4.

Rabu,28-10-2009

100 gr

100 gr

0 %

Grafik 5. Pengamatan kehilangan berat bahan pada tepung

4.1.2 Morfologi Hama Gudang

Gambar 35. Morfologi Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis) pada Kacang

Hijau (Vigna radiata)

Gambar 36. Gejala Serangan Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis) pada Kacang Hijau (Vigna radiata)

Gambar 37. Morfologi Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) pada Kopra (Cocos nucifera)

Gambar 38. Gejala serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) pada

Kopra (Cocos nucifera)

Gambar 39. Morfologi Kumbang beras (Sitophilus oryzae) pada Beras (Oryzae)

Gambar 40. Gejala serangan Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) pada

Beras (Oryzae)

Gambar 41. Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) pada

Jagung (Zea mays)

Gambar 42. Gejala serangan Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) pada

Jagung (Zea mays)

Gambar 43. Morfologi Kumbang Tepung (Tribolium sp.) pada Tepung

Gambar 44. Gejala Serangan Kumbang Tepung (Tribolium sp.) pada Tepung

4.2 Pembahasan

Presentase kerusakan biji pada kacang hijau akibat serangan Callosobruchus chinensis pada tabel dan grafik berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium, menunjukkan tidak adanya penyusutan yang terjadi pada bahan simpanan. tidak terjadinya penyusutan pada bahan dikarenakan oleh beberapa faktor. Yang pertama, kumbang tidak berkembang biak sebab kumbang jantan dan kumbang betina tidak disesuaikan jumlahnya. Yang kedua, karena usia kumbang telah mendekati batas siklus hidupnya yang hanya berkisar ± 35-42 hari. Yang ketiga, kemungkinan bahan memiliki kadar air yang rendah sehingga serangga sulit untuk bertahan hidup dan akhirnya mati.

Menurut Sudarmo (2004), Faktor yang menentukan besarnya kerusakan biji akibat Callosobruchus chinensis adalah tingginya populasi yang ditentukan oleh sifat biologi yang meliputi jenis kelamin dan daur hidup.

Berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium, Presentase kerusakan kopra akibat kumbang Necrobia rufipes yang terlihat pada tabel dan grafik menunjukkan tidak adanya penyusutan yang terjadi pada bahan simpanan. Sebagaimana kacang hijau, tidak terjadinya penyusutan pada kopra disebabkan karena faktor yang sama, yakni tidak dapat berkembang biak sebab jumlah kumbang jantan dan betina yang di abaikan, usia kumbang yang mendekati batas siklus hidup, terbangnya kumbang pada saat pengukuran berat bahan simpanan, dan tingkat kelembaban yang rendah hingga menyebabkan kematian pada kumbang. Selain dari faktor itu, jenis timbangan yang digunakan juga dapat mempengaruhi ketepatan dari penyusutan bahan simpanan. Menurut Pracaya (2004), bahwa perkembangan optimum kumbang kopra terjadi pada temperature 30o C dan kelembaban relatif 70%.

Presentase kerusakan beras akibat dari kumbang Sitophilus oryzae pada tabel dan grafik berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium menunjukkan tidak adanya penyusutan yang terjadi pada bahan simpanan.

Menurut Triharso (2004), Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup hama ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis dan mutu produk yang diserang. Menurut literatur diatas, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadinya penyusutan kemungkinan diakibatkan oleh kelembaban yang rendah, mutu bahan simpanan yang tinggi yang menyebabkan kematian pada kumbang, dan usia kumbang yang mendekati batas siklus hidup serta jenis timbangan dengan ketepatan pengukuran yang baik.

Berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium, Presentase kerusakan jagung akibat kumbang Sitophilus zeamays yang terlihat pada tabel dan grafik menunjukkan hasil yang sama seperti kacang hijau, kopra dan beras, yakni tidak adanya penyusutan yang terjadi pada bahan simpanan.

Menurut Tjahjadi (2002), Semakin bertambah waktu penyimpanan, semakin besar pula tingkat kerusakan biji bahan simpanan, karena kondisi biji mengalami perubahan-perubahan suhu dan kelembaban yang memungkinkan hama gudang melakukan pengrusakan yang berpengaruh terhadap bobot bahan. Jadi seperti halnya kacang hijau, kopra, beras dan jagung, faktor kelembaban yang rendah yang dapat menyebabkan kematian kumbang, mutu bahan yang tinggi, tidak berkembangbiaknya kumbang akibat tidak seimbangnya jumlah kumbang yang bisa jadi dalam satu wadah tidak memiliki kumbang jantan atau sebaliknya ataupun minimya jumlah salah satu kumbang jantan/betina, dan usia kumbang yang mendekati batas siklus hidupnya serta ketepatan pungukuran berdasarkan jenis timbangan yang dipakai.

Presentase kerusakan tepung akibat dari kumbang Tribolium sp. pada tabel dan grafik berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium menunjukkan tidak adanya penyusutan yang terjadi pada bahan simpanan. faktor yang mempengaruhinya adalah sama dengan faktor-faktor yang menyebabkan tidak terjadinya penyusutan pada pengamatan-pengamatan sebelumnya, yakni pada kacang hijau, kopra, beras dan jagung. yaitu karena usia kumbang yang mendekati batas siklus hidupnya, ketepatan pungukuran berdasarkan jenis timbangan yang dipakai, minimya jumlah salah satu kumbang jantan/betina sehingga berpengaruh pada proses kumbang dalam berkembang biak dan kelembaban yang rendah yang dapat menyebabkan kematian kumbang serta mutu bahan yang tinggi

Pada pengamatan selanjutnya, yakni pengamatan morfologi hama gudang. Diantaranya Kumbang biji (Callosobruchus chinensis) , Kumbang kopra (Necrobia rufipes) , kumbang beras (Sitophilus oryzae), kumbang jagung (Sitophilus zeamays) dan kumbang tepung (Tribolium sp) memiliki ciri morfologi yang tidak jauh berbeda, Semuanya memiliki ciri morfologi yang sama karena semuanya tergolong dalam ordo coleoptera.

Menurut Matnawy (2001), Ciri khas dari ordo coleoptera adalah sayap depan keras menanduk, sayap belakang transparan dan melipat bawah sayap depan pada saat tidak terbang, alat mulut menggigit-mengunyah, beberapa spesies memiliki moncong, bentuk tubuh dan antena bervariasi.

Menurut hasil pengamatan morfologi pada tabel, Kumbang Callosobruchus chinensis memiliki bagian-bagian morfologi antara lain mempunyai Caput, antenna, alat mulut, mata majemuk, thorax, tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan sayap.

Kumbang Callosobruchus chinensis mempunyai moncong yang pendek dan femur tungkai belakang yang membesar. Bentuk tubuh kumbang dewasa kebanyakan bulat atau lonjong. bentuk tubuhnya bulat telur dengan bagian kepalanya yang agak runcing. Pada sayap depannya terdapat gambaran gelap yang menyerupai huruf U dan pronotumnya halus. Warna sayap depannya coklat kekuning-kuningan (Wikipedia, 2008).

Menurut hasil pengamatan morfologi pada tabel, Kumbang kopra (Necrobia refipes) memiliki bagian-bagian morfologi antara lain mempunyai Caput, antenna, alat mulut, mata majemuk, thorax, tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan sayap.

Kumbang kopra (Necrobia rufipes) dengan Famili Cleridae memiliki ciri-ciri bentuk tubuh memanjang, berwarna cemerlang, pronotumnya lebih sempit dari kepala, memiliki antenna clubbed atau kadang serrate atau pectinate (Triharso, 2004).

Menurut hasil pengamatan morfologi pada tabel, Kumbang beras (Sitophilus oryzae) memiliki bagian-bagian morfologi antara lain mempunyai Caput, antenna, alat mulut, mata majemuk, thorax, tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan sayap.

Kumbang beras (Sitophilus oryzae) dewasa berwarna coklat tua, dengan bentuk tubuh yang langsing dan agak pipih. Pada bagian pronotumnya terdapat enam pasang gerigi yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai segitiga. Pada sayap depannya terdapat garis-garis membujur yang jelas. Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan (Wordpress, 2008).

Menurut hasil pengamatan morfologi pada tabel, Kumbang jagung (Sitophilus zeamays) memiliki bagian-bagian morfologi antara lain mempunyai Caput, antenna, alat mulut, mata majemuk, thorax, tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan sayap.

Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) dewasa berwarna coklat kemerahan pudar hingga mendekati hitam, dan biasanya memiliki bercak di bagian belakang dengan empat bintik kemerah-merahan terang atau kekuning-kuningan. Panjangnya 2,5 – 4,5 mm, moncongnya sempit dan panjang. Mempunyai antenna yang menyiku (siku-siku). Larvanya putih gemuk dan tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung (Sudarmo, 2004).

Menurut hasil pengamatan morfologi pada tabel, Kumbang tepung (Tribolium sp.) memiliki bagian-bagian morfologi antara lain mempunyai Caput, antenna, alat mulut, mata majemuk, thorax, tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan sayap.

Kumbang tepung (Tribolium sp) dewasa berbentuk pipih, oval, berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4 mm. Telur berwarna putih agak merah dengan panjang ± 1,5 mm. larva berwarna cokelat muda dengan panjang ± 5-6 mm (Wikipedia, 2008).

Jika tahap pencegahan serangan hama gudang sudah dilakukan tapi masih saja ada serangan maka jalan terakhir adalah mengendalikan hama gudang tersebut dengan cara Menjaga kebersihan gudang, Menjaga suhu dan kelembaban gudang dengan kisaran 25-37.5˚C dan Menurunkan tingkat kadar air bahan . Untuk pengendalian hama gudang secara alami, kita bisa menggunakan tanaman-tanaman yang berfungsi sebagai pestisida nabati, seperti daun dan biji srikaya atau juga biji saga. Memang diakui bahwa daya bunuh pestisida nabati ini tidak sehebat pestisida kimia tapi jika kita peduli terhadap keamanan dan kesehatan bahan pangan maka pestisida nabati ini bisa menjadi alternatif. Memang perlu ada penelitian lebih lanjut untuk skala produksi karena selama ini penelitian-penelitian tentang efektivitas pestisida nabati dalam mengendalikan hama gudang masih skala laboratorium. Seluruh cara pencegahan dan pengendalian diatas tidak akan efektif jika dikerjakan secara parsial. Oleh karena itu sebaiknya semua cara diatas dikombinasikan untuk memperoleh hasil yang optimal (Sudarmo 2004).

.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hama gudang hidup dalam ruang lingkup yang terbatas, yakni hidup dalam bahan-bahan simpanan di gudang.

2. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari ordo Coleoptera (berasal dari bahasa Latin coleos = perisai, pteron = sayap, yang berarti insekta bersayap perisai ), seperti Tribolium sp, Sitophilus oryzae,

Callocobruchus chinensis, Sitophilus zaemays, Necrobia rufipes dan lain-lain.

5.2 Saran

Agar dalam pelaksanaan praktikum, Kerjasama antara para praktikan dan asisten dapat lebih ditingkatkan lagi, agar kegiatan praktikum berlangsung dengan lebih efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Matnawy H, 2001.Perlindungan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.

Nyoman I, 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia.

Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Pracaya, 2004. Hama dan Penyakin Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rioardi, 2009. Ordo-Ordo Serangga. http :// rioardi. wordpress. com.

Di akses pada tanggal 29 Oktober 2009.

Sudarmo. 2004, Pengendalian Serangga Hama. Kanisius, Yogyakarta.

Triharso. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Tjahjadi N, 2002. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanusius, Yogyakarta.

Uns.ac.id. Dasar Perlindungan Tanaman.2008.

http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-2.htm.

Di akses pada tanggal 30 Oktober 2009.

Wikipedia. 2008. Curculionidae. http://id.wikipedia.org/wiki/Curculionidae.

Di akses tanggal 29 Oktober 2009.

. 2008. Coleoptera. http://id.wikipedia.org/wiki/Coleoptera.

Di akses pada tanggal 29 Oktober 2009.

. 2008. Serangga. Http://id.wikipedia.org/wiki/Serangga.

Di akses pada tanggal 30 Oktober 2009.

. 2008.Pengendalian hama. Http://id.wikipedia.org/wiki/Pengendalian hama

Di akses pada tanggal 30 Oktober 2009.

. 2008. Kumbang. http://id.wikipedia.org/wiki/kumbang.

Di akses pada tanggal 30 Oktober 2009.

Wordpress, 2008. Hama tumbuhan. http://naynienay.wordpress.com/hama-tumbuhan.

Diakses pada tanggal 29 oktober 2009

,2008.Cleridae.http://naynienay.wordpress.com/2008/01/30/Cleridae.

Diakses pada tanggal 29 oktober 2009

,2008.Hama gudang.http://naynienay.wordpress.com/2008/01/30/hama gudang. Diakses pada tanggal 29 oktober 2009

Tidak ada komentar: